Kampung Budaya Polowijen Malang - Kampung Budaya Polowijen berada di sisi kiri sungai kecil dan di seberangnya adalah tanah persawahan yang menjadi pembatas kampung ini dengan area pemakaman. Jalan beraspal mulus membelah area pemakaman ini menjadi dua. Sebelah kiri adalah tanah makam bernama “Petilasan Ken Dedes” sedangkan sisi kanannya adalah pemakaman muslim warga kelurahan Polowijen.
Kampung Budaya Polowijen atau KBP Blimbing, Malang
Sementara kampung budaya ini menempati gang sempit di ujung perkampungan. Satu lokasi yang kurang strategis bagi suatu objek wisata. Namun, sejak tahun 2016 kampung Budaya Polowijen atau KBP ini, banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah bahkan dari mancanegara.
Ini yang menarik ! Mengapa orang-orang tersebut mau datang ke tempat terpencil ini? Apa kelebihan dan daya tarik kampung ini?
Pertanyaan itu akan keluar dari benak kita saat pertama kali dan belum mengenal lebih jauh Kampung Budaya Polowijen. Seperti yang dirasakan penulis saat datang pertama kali ke tempat ini bersama seorang teman.
Ki Demang Polowijen bersama teman penulis
Namun, pertanyaan itu segera terjawab ketika para penghuni kampung ini dengan ramah menyambut kedatangan kami. Meskipun penampilan kami pada waktu itu sedikit lusuh dan cenderung menyeramkan, tapi mereka dengan senyum lebar menyapa dan melayani layaknya kami adalah seorang tamu jauh.
Kesan pertama ini begitu menggoda sehingga penulis semakin tertarik dan ingin mengetahui lebih dalam tentang kampung budaya ini. Dan, melalui penuturan Isa Wahyudi yang akrab dipanggil Ki Demang, kami mendapatkan berbagai informasi berharga tentang potensi dan perjuangan warga Polowijen dalam mengubah kampung ini menjadi objek wisata edukasi tentang sejarah dan budaya.
Awalnya, kampung di pinggiran sungai ini terlihat kurang menarik seperti halnya kampung Jodipan dan kampung lainnya di pinggir sungai Brantas. Terkesan kurang tertata dan cenderung kumuh. Namun sekarang, terlihat unik dan menarik setelah dijadikan sebagai kampung tematik dengan ciri khas topeng malangan.
Samudiono bersama sesepuh Kampung Budaya Polowijen
Menurut Isa Wahyudi yang akrab dipanggil “Ki Demang”, untuk mengubah kampung ini menjadi seperti sekarang, bukanlah hal mudah. Proses pendirian Kampung Budaya Polowijen ini awalnya banyak mendapatkan tantangan dari warga Polowijen sendiri terkait kebiasaan dan budaya yang berbeda.
Namun, dengan tekad dan semangat pantang menyerah, sosok energik ini bersama warga berhasil mengubah kampung di pinggiran sungai kecil yang jarang dikunjungi orang, menjadi tempat yang ramai dan terkenal sebagai tempat pelestari budaya warisan leluhur.
Tidak hanya warga Malang Raya dan mahasiswa saja yang mengunjungi tempat ini. Para penggiat budaya dari manca negara juga sering berkunjung ke sini.
Ide Pendirian Kampung Budaya Polowijen
Ide pendirian Kampung Budaya Polowijen berawali dari acara sarasehan Budaya Polowijen di balai RT 03 RW 02 Kelurahan Polowije kecamatan Blimbing Kota Malang pada November 2016 yang di hadiri warga masyarakat, pelaku seni budaya dan tokoh masyarakat.
Dalam sarasehan ini terungkap segala macam potensi yang dimiliki Polowijen. Ternyata Polowijen atau Panawijen dalam Nagarakretagama merupakan desa yang banyak mengandung nilai sejarah. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan situs Budaya Polowijen yaitu Situs Sumur Windu Ken Dedes, Situs Joko Lola dan Situs Makam Ki Tjondro Suwono atau Mbah Reni, Empu Topeng Malang.
Semua situs tersebut memperkuat fakta jika Polowijen adalah kampung sekaligus kantung budaya di Malang.
Kemudian, sarasehan budaya ini berlanjut pada Akhir Desember 2016 dan Februari 2017 dengan melibatkan lebih banyak lagi warga masyarakat serta tokoh seni budaya Malang. Ternyata, Polowijen pada era tahun 50an marak dengan kegiatan kesenian seperti ketoprak, ludruk, wayang kulit, wayang ope, jaranan dan wayang topeng serta pencak silat.
Proses Pembangunan KBP
Setelah mengetahui potensi yang dimiliki dan menyadari keberadaan seni budaya yang makin lama makin punah, maka warga mendirikan Kampung Budaya Polowijen sebagai salah satu komunitas yang turut serla melakukan pelestarian budaya.
Gerbang masuk Kampung Budaya Polowijen
Proses pembangunan dimulai dengan memberikan ornament bambu pada rumah warga RT 03 RW 02 Polowijen sebanyak 15 rumah dan menambahkan gazebo di depan rumah masing masing warga. Pembangunan dilakukan dengan cara swadaya mandiri menerapkan prinsip gotong royong secara bertahap.
Butuh waktu 2 tahun untuk melakukan pembenahan infrasturktur agar desain kampung lebih unik antik, indah dan menarik.
Peresmian Kampung Budaya Polowijen
Kampung Budaya Polowijen diresmikan para tanggal 2 April 2017 setelah 1 hari HUT Kota Malang oleh Walikota Malang, H.Moh Anton. Peresmian di meriahkan dengan Gerakan Senam Sehat, Menanam 100 Pohon, Peletakan Batu Pertama Sasana Budaya, Fragmen Wayang Topeng Tari Topeng Grebeg Jowo 100 Orang, Permainan Dolanan, Albanjari dan Tari Topeng Gunungsari.
Dwi Cahyono (tengah) bersama Ki Demang dan para penari di KBP
Selain itu juga digelar Sarasehan Kampung Budaya Poloiwjen dengan tema mencari Hari jadi Polowijen oleh Arkelog UM Dwi Cahyono, Kepala Disbudpar Kota Malang Anggota DPRD Kota Malang, Camat Blimbing dan Lurah Polowijen
Apa Saja Daya Tarik Kampung Budaya Polowijen?
Meskipun terletak di pinggir Kelurahan Polowijen yang dekat dengan persawahan dan pemakaman umum, namun Kampung Budaya ini memiliki banyak daya tarik yang membuat wisatawan dari berbagai daerah berkunjung ke tempat ini.
Daya tarik dari Kampung Budaya Polowijen antara lain adalah sebagai berikut.
Situs Sejarah
Keberadaan situs sejarah yang menjadi cagar budaya dan dilindungi pemerintah merupakan salah satu daya tarik KBP dalam memikat wisatawan. Baik pemerhati sejarah maupun para pelaku spiritual atau para pejalan malam.
Situs Ken Dedes dan Joko Lola
Letak Situs Ken Dedes dan Joko Lola berada tidak terlalu jauh dari Kampung Budaya Polowijen. Hanya terpisah oleh hamparan sawah saja.
Dengan mengunjungi Situs Ken Dedes, wisatawan diajak untuk mengenang kembali sosok Ratu Singosari yang merupakan gadis warga asli Polowijen. Dan, wisatawan akan mendengar dongeng lisan yang menarik tentang kisah percintaan yang gagal dari Ken Dedes dan Joko Lola.
Mbah Reni atau Ki Tjondro Soewono adalah salah satu tokoh topeng pertama di Polowijen yang diperintah oleh Bupati Malang pertama untuk mengembangkan budaya topeng malangan sehingga nantinya dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Dari penerus Mbah Reni inilah, Ki Demang mendapatkan warisan keahlian dan ketrampilan membuat topeng malangan. Termasuk tradisi dan budayanya.
Makam Mbah Reni berada tidak jauh dari Kampung Budaya Polowijen, tepatnya di pinggir jalan depan komplek petilasan Ken Dedes.
Gladi Tari Topeng Malang
Pada hari Sabtu malam dan Minggu pagi, KBP mengadakan kegiatan gladi tari atau berlatih tari Topeng maupun tarian tradisional lainnya dengan pelatih Sri Indaryanti, S.S.
Saat ini, komunitas tari KBP memiliki jenis tarian yang semakin lengkap dengan ditambahkannya Tari Topeng Ragil Kuning. Sebelumnya, mereka sudah menguasai aneka tari topeng Malang lainnya seperti Tari Topreng Grebeg Jowo, Grebeg Sabrang, Gunungsari, Bapang, Kelono Swandono, Patih, Sekarsari, dan Putri Jawi.
Tari Srimpi Limo di Kampung Budaya Polowijen
Selain Tari Topeng, Penari KBP juga melengkapi ketrampilannya dengan menguasai tari Beskalan Putri, Beskalan lanang dan Remo serta tari ritual lainnya seperti tari Bedayan, Srimpi Limo dll.
Jam terbang para penari KBP cukup tinggi. Mereka sudah banyak melakukan pementasan menari mulai dari mengikuti kompetisi dan lomba-lomba tari, menari di hotel, restoran, kampus, balaikota bahkan menari di kampung tematik yang menyelenggarakan event.
Keunikan para penari KBP yang berbeda dengan penari pada umumnya, mereka juga menari di situs, candi dan makam. Dan, yang membuat semakin unik adalah menari topeng bersama sebelum melakukan kegiatan atau pementasan.
Kriya Topeng Malang
Kriya Topeng atau kegiatan membuat topeng dan mewarna topeng bisa menjadi pilihan wisata edukasi bagi para pengunjung Kampung Budaya Polowijen. Karena topeng adalah ikon dari kampung budaya ini sehingga kerajinan topeng adalah kegiatan mereka yang utama.
Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan menari saja, KBP juga membuat lebih dari 60 karakter topeng dalam aneka bentuk dan ukuran untuk dijual sebagai gantungan kunci, kalung dan souvenir lainnya. Untuk menambah jumlah pengrajin topeng, KBP sudah dua kali menggelar workshop kriya topeng.
Kriya Batik Malang
Tidak hanya menari dan membuat topeng saja, KBP juga memiliki kegiatan membatik dengan motif motif topeng, motif Ken Dedes dan motif-motif lain yang di identifikasi sebagai motif Malangan dalam bentuk workshop.
Workshop Kriya Batik di KBP telah merekrut kurang lebih 50 orang untuk belajar membatik yang diadakan sebanyak 4 gelombang pelatihan. Dalam setiap pelatihan memiliki kurang lebih 15 peserta yang dilakukan secara bertahap sebanyak 5 kali pertemuan.
Workshop kriya batik Polowijen setidaknya sudah membina 10 warga yang serius membatik dan 3 warga yang sudah mendapatkan sertifikasi membatik dari LSP Batik. Selain memberikan pelatihan membatik bagi warga Polowijen sendiri, Kriya Batik KPB juga sudah memberikan pelatihan membatik pada komunitas atau sekolah lain.
STMJ atau SINAU TEMBANG MOCOPAT JAWA
Kegiatan budaya yang rutin diselanggarakan setiap hari Jumat Malam di KBP dan di asuh oleh Ki Suryono adalah STMJ kepanjangan dari “Sinau Tembang Macapat Jawa”. Macapat atau maca papat-papat merupakan kegiatan menyanyi ala orang Jawa dengan syair berisi tuntunan atau nasehat. Kegiatan Macapat ini populer pada masa kerajaan Demak, Mataram, Surakarta dan Ngayogyakarta.
Namun, seiring kemajuan jaman, budaya Macapat ini semakin lama semakin terpinggirkan. Sehingga dengan mengikuti kegiatan belajar “nembang” macapat ini, kita turut melestarikan budaya warisan leluhur.
Kegiatan STMJ sesekali diiringi dengan gamelan sehingga membuat suasana menjadi lebih khidmat dan lebih dapat menghayati makna dari syair-syair yang ditembangkan. Untuk acara-acara tertentu seperti upacara KBP maupun kunjungan, macapat sering di tampilkan
Permainan Tradisional
Kegiatan budaya lainnya yang ada di KBP adalah kegiatan pelestarian permainan tradisional atau dolanan jaman dulu seperti egrang bambu, egrang bathok, engklek, lompat tali, klompen raksasa, ulat tangga raksasa holahop, gangsing dan masih banyak lagi.
Seperti kita ketahui, saat ini, permainan tradisional tersebut sudah jarang dimainkan oleh anak-anak jaman sekarang. Mereka lebih memilih permainan modern. Terlebih lagi dengan maraknya handphone yang menyediakan aneka permainan virtual sehingga semakin menjauhkan generasi kita dari dolanan masa lalu.
KBP bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Univ. Muhammadiyah Malang mendirikan labolatorium permainan tradisional yang lebih fleksibel, kekinian dan menyenangkan.
Dan, Jenis kegiatan permainan tradisional ini merupakan kegiatan yang paling di gemari oleh pengunjung KBP dimana setiap pegunjung turut serta memperagakan permainan tradisional secara bergantian.
Nah, itulah beberapa daya tarik dari Kampung Budaya Polowijen. Masih banyak daya tarik lainnya yang cukup panjang bila diceritakan dalam artikel ini sehingga kami akan mengulasnya satu per satu pada artikel berikutnya.
Tempat Hangout Unik dan Menarik
Jika bosan dengan suasana café di tengah kota, maka kita dapat mencoba merasakan nongkrong bersama teman-teman dengan nuansa pedesaan di KBP. Kopi manis dan makanan tradisional seperti ubi, singkong dan lain-lain akan terasa lebih nikmat di tempat ini sambil berbincang tentang sejarah dan budaya.
Apa Yang Dapat Dilakukan di Kampung Budaya Polowijen?
Selain mengunjungi Situs Ken Dedes dan menikmati seni tari atau suasana pedesaan ala Kampung Budaya Polowijen, pengunjung juga dapat berperan aktif dengan turut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan di Kampung ini.
Pengunjung KBP dapat mengikuti kegiatan budaya ditempat ini sesuai dengan seleranya masing-masing.
Bagi yang tertarik belajar menari, membatik, gerabah dan seni pahat silahkan menghubungi pihak pengelolah KBP yang akan menyertakan pengunjung dalam kelas-kelas belajar sesuai pilihannya.
Bagi pengunjung yang tertarik dengan Tari Topeng Malangan, silahkan berkunjung ke kediaman penarinya, salah satunya adalah Mbah Kari yang akan menceritakan mengenai sejarah Topeng Malangan di Malang dan informasi lain seputar kesenian tersebut.
Pengunjung KBP juga dapat mengikuti kegiatan STMJ atau Sinau Tembang Macapat Jawa.
Pengunjung KBP juga dapat mengikuti kegiatan pelestarian permainan tradisional.
Tarif Masuk Kampung Budaya Polowijen
Saat ini, untuk menikmati suasana di Kampung Budaya Polowijen masih belum dikenakan biaya masuk. Bahkan, saat penulis berkunjung ke tempat ini, selain mendapatkan informasi dan pengetahuan yang berharga, juga mendapatkan makanan dan minuman secara gratis. Dan, para penghuni KBP sangat ramah dan baik hati.
Tetapi, seiring dengan perkembangan KBP, selanjutnya pengunjung akan dikenakan tarif masuk sebesar Rp. 15.000.
Akses Menuju Kampung Budaya Polowijen
Akses menuju Kampung Budaya di kelurahan Polowijen ini sebenarnya sangat mudah terutama jika kita berada di kota Malang. Namun, bagi pengunjung dari luar kota, setelah melewati lampu merah silahkan belok kanan dibawah fly over lalu belok kiri lewat Sumpil atau Polowijen I. Jika bingung, silahkan bertanya pada warga setempat.
Sayangnya, pada hari libur, dari arah Surabaya, jalanan ini sering menjadi titik kemacetan. Namun, jika keinginan untuk menikmati suasana Kampung Budaya ini begitu kuat, maka kemacetan bukanlah halangan.
Event-event Budaya di Kampung Polowijen
Kunjungan Kampung Budaya Polowijen
Sambang Kampung KBP
Sarasehan Kampung Budaya Polowijen
Pasar Topeng KBP
Pasar Minggu Legi Jajan Tradisional
Pameran dan event
Festival Kampung Budaya Polowijen
Panawidjen Jaman Bijen
Gebyak Wayang Topeng Polowijen
Grebeg Suro
Budaya Tandur, Wiwit dan Metik
Peringatan Hari Tari Sedunia
Temu Topeng dan Sesekaran Topeng Malang
Penitisan, Jamasan dan Ruwatan Topeng Malang
Video Tentang Ken Dedes
Penutup
Sahabat Dolenners, itulah ulasan ayodolenrek tentang Kampung Budaya Polowijen yang berada di RW. 02 Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Malang. Satu tempat para penggiat dan pelestari budaya di kota Malang.
Kampung Budaya Polowijen Malang - Kampung Budaya Polowijen berada di sisi kiri sungai kecil dan di seberangnya adalah tanah persawahan yang menjadi pembatas kampung ini dengan area pemakaman. Jalan beraspal mulus membelah area pemakaman ini menjadi dua. Sebelah kiri adalah tanah makam bernama “Petilasan Ken Dedes” sedangkan sisi kanannya adalah pemakaman muslim warga kelurahan Polowijen.
Kampung Budaya Polowijen atau KBP Blimbing, Malang
Sementara kampung budaya ini menempati gang sempit di ujung perkampungan. Satu lokasi yang kurang strategis bagi suatu objek wisata. Namun, sejak tahun 2016 kampung Budaya Polowijen atau KBP ini, banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah bahkan dari mancanegara.
Ini yang menarik ! Mengapa orang-orang tersebut mau datang ke tempat terpencil ini? Apa kelebihan dan daya tarik kampung ini?
Pertanyaan itu akan keluar dari benak kita saat pertama kali dan belum mengenal lebih jauh Kampung Budaya Polowijen. Seperti yang dirasakan penulis saat datang pertama kali ke tempat ini bersama seorang teman.
Ki Demang Polowijen bersama teman penulis
Namun, pertanyaan itu segera terjawab ketika para penghuni kampung ini dengan ramah menyambut kedatangan kami. Meskipun penampilan kami pada waktu itu sedikit lusuh dan cenderung menyeramkan, tapi mereka dengan senyum lebar menyapa dan melayani layaknya kami adalah seorang tamu jauh.
Kesan pertama ini begitu menggoda sehingga penulis semakin tertarik dan ingin mengetahui lebih dalam tentang kampung budaya ini. Dan, melalui penuturan Isa Wahyudi yang akrab dipanggil Ki Demang, kami mendapatkan berbagai informasi berharga tentang potensi dan perjuangan warga Polowijen dalam mengubah kampung ini menjadi objek wisata edukasi tentang sejarah dan budaya.
Awalnya, kampung di pinggiran sungai ini terlihat kurang menarik seperti halnya kampung Jodipan dan kampung lainnya di pinggir sungai Brantas. Terkesan kurang tertata dan cenderung kumuh. Namun sekarang, terlihat unik dan menarik setelah dijadikan sebagai kampung tematik dengan ciri khas topeng malangan.
Samudiono bersama sesepuh Kampung Budaya Polowijen
Menurut Isa Wahyudi yang akrab dipanggil “Ki Demang”, untuk mengubah kampung ini menjadi seperti sekarang, bukanlah hal mudah. Proses pendirian Kampung Budaya Polowijen ini awalnya banyak mendapatkan tantangan dari warga Polowijen sendiri terkait kebiasaan dan budaya yang berbeda.
Namun, dengan tekad dan semangat pantang menyerah, sosok energik ini bersama warga berhasil mengubah kampung di pinggiran sungai kecil yang jarang dikunjungi orang, menjadi tempat yang ramai dan terkenal sebagai tempat pelestari budaya warisan leluhur.
Tidak hanya warga Malang Raya dan mahasiswa saja yang mengunjungi tempat ini. Para penggiat budaya dari manca negara juga sering berkunjung ke sini.
Ide Pendirian Kampung Budaya Polowijen
Ide pendirian Kampung Budaya Polowijen berawali dari acara sarasehan Budaya Polowijen di balai RT 03 RW 02 Kelurahan Polowije kecamatan Blimbing Kota Malang pada November 2016 yang di hadiri warga masyarakat, pelaku seni budaya dan tokoh masyarakat.
Dalam sarasehan ini terungkap segala macam potensi yang dimiliki Polowijen. Ternyata Polowijen atau Panawijen dalam Nagarakretagama merupakan desa yang banyak mengandung nilai sejarah. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan situs Budaya Polowijen yaitu Situs Sumur Windu Ken Dedes, Situs Joko Lola dan Situs Makam Ki Tjondro Suwono atau Mbah Reni, Empu Topeng Malang.
Semua situs tersebut memperkuat fakta jika Polowijen adalah kampung sekaligus kantung budaya di Malang.
Kemudian, sarasehan budaya ini berlanjut pada Akhir Desember 2016 dan Februari 2017 dengan melibatkan lebih banyak lagi warga masyarakat serta tokoh seni budaya Malang. Ternyata, Polowijen pada era tahun 50an marak dengan kegiatan kesenian seperti ketoprak, ludruk, wayang kulit, wayang ope, jaranan dan wayang topeng serta pencak silat.
Proses Pembangunan KBP
Setelah mengetahui potensi yang dimiliki dan menyadari keberadaan seni budaya yang makin lama makin punah, maka warga mendirikan Kampung Budaya Polowijen sebagai salah satu komunitas yang turut serla melakukan pelestarian budaya.
Gerbang masuk Kampung Budaya Polowijen
Proses pembangunan dimulai dengan memberikan ornament bambu pada rumah warga RT 03 RW 02 Polowijen sebanyak 15 rumah dan menambahkan gazebo di depan rumah masing masing warga. Pembangunan dilakukan dengan cara swadaya mandiri menerapkan prinsip gotong royong secara bertahap.
Butuh waktu 2 tahun untuk melakukan pembenahan infrasturktur agar desain kampung lebih unik antik, indah dan menarik.
Peresmian Kampung Budaya Polowijen
Kampung Budaya Polowijen diresmikan para tanggal 2 April 2017 setelah 1 hari HUT Kota Malang oleh Walikota Malang, H.Moh Anton. Peresmian di meriahkan dengan Gerakan Senam Sehat, Menanam 100 Pohon, Peletakan Batu Pertama Sasana Budaya, Fragmen Wayang Topeng Tari Topeng Grebeg Jowo 100 Orang, Permainan Dolanan, Albanjari dan Tari Topeng Gunungsari.
Dwi Cahyono (tengah) bersama Ki Demang dan para penari di KBP
Selain itu juga digelar Sarasehan Kampung Budaya Poloiwjen dengan tema mencari Hari jadi Polowijen oleh Arkelog UM Dwi Cahyono, Kepala Disbudpar Kota Malang Anggota DPRD Kota Malang, Camat Blimbing dan Lurah Polowijen
Apa Saja Daya Tarik Kampung Budaya Polowijen?
Meskipun terletak di pinggir Kelurahan Polowijen yang dekat dengan persawahan dan pemakaman umum, namun Kampung Budaya ini memiliki banyak daya tarik yang membuat wisatawan dari berbagai daerah berkunjung ke tempat ini.
Daya tarik dari Kampung Budaya Polowijen antara lain adalah sebagai berikut.
Situs Sejarah
Keberadaan situs sejarah yang menjadi cagar budaya dan dilindungi pemerintah merupakan salah satu daya tarik KBP dalam memikat wisatawan. Baik pemerhati sejarah maupun para pelaku spiritual atau para pejalan malam.
Situs Ken Dedes dan Joko Lola
Letak Situs Ken Dedes dan Joko Lola berada tidak terlalu jauh dari Kampung Budaya Polowijen. Hanya terpisah oleh hamparan sawah saja.
Dengan mengunjungi Situs Ken Dedes, wisatawan diajak untuk mengenang kembali sosok Ratu Singosari yang merupakan gadis warga asli Polowijen. Dan, wisatawan akan mendengar dongeng lisan yang menarik tentang kisah percintaan yang gagal dari Ken Dedes dan Joko Lola.
Mbah Reni atau Ki Tjondro Soewono adalah salah satu tokoh topeng pertama di Polowijen yang diperintah oleh Bupati Malang pertama untuk mengembangkan budaya topeng malangan sehingga nantinya dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Dari penerus Mbah Reni inilah, Ki Demang mendapatkan warisan keahlian dan ketrampilan membuat topeng malangan. Termasuk tradisi dan budayanya.
Makam Mbah Reni berada tidak jauh dari Kampung Budaya Polowijen, tepatnya di pinggir jalan depan komplek petilasan Ken Dedes.
Gladi Tari Topeng Malang
Pada hari Sabtu malam dan Minggu pagi, KBP mengadakan kegiatan gladi tari atau berlatih tari Topeng maupun tarian tradisional lainnya dengan pelatih Sri Indaryanti, S.S.
Saat ini, komunitas tari KBP memiliki jenis tarian yang semakin lengkap dengan ditambahkannya Tari Topeng Ragil Kuning. Sebelumnya, mereka sudah menguasai aneka tari topeng Malang lainnya seperti Tari Topreng Grebeg Jowo, Grebeg Sabrang, Gunungsari, Bapang, Kelono Swandono, Patih, Sekarsari, dan Putri Jawi.
Tari Srimpi Limo di Kampung Budaya Polowijen
Selain Tari Topeng, Penari KBP juga melengkapi ketrampilannya dengan menguasai tari Beskalan Putri, Beskalan lanang dan Remo serta tari ritual lainnya seperti tari Bedayan, Srimpi Limo dll.
Jam terbang para penari KBP cukup tinggi. Mereka sudah banyak melakukan pementasan menari mulai dari mengikuti kompetisi dan lomba-lomba tari, menari di hotel, restoran, kampus, balaikota bahkan menari di kampung tematik yang menyelenggarakan event.
Keunikan para penari KBP yang berbeda dengan penari pada umumnya, mereka juga menari di situs, candi dan makam. Dan, yang membuat semakin unik adalah menari topeng bersama sebelum melakukan kegiatan atau pementasan.
Kriya Topeng Malang
Kriya Topeng atau kegiatan membuat topeng dan mewarna topeng bisa menjadi pilihan wisata edukasi bagi para pengunjung Kampung Budaya Polowijen. Karena topeng adalah ikon dari kampung budaya ini sehingga kerajinan topeng adalah kegiatan mereka yang utama.
Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan menari saja, KBP juga membuat lebih dari 60 karakter topeng dalam aneka bentuk dan ukuran untuk dijual sebagai gantungan kunci, kalung dan souvenir lainnya. Untuk menambah jumlah pengrajin topeng, KBP sudah dua kali menggelar workshop kriya topeng.
Kriya Batik Malang
Tidak hanya menari dan membuat topeng saja, KBP juga memiliki kegiatan membatik dengan motif motif topeng, motif Ken Dedes dan motif-motif lain yang di identifikasi sebagai motif Malangan dalam bentuk workshop.
Workshop Kriya Batik di KBP telah merekrut kurang lebih 50 orang untuk belajar membatik yang diadakan sebanyak 4 gelombang pelatihan. Dalam setiap pelatihan memiliki kurang lebih 15 peserta yang dilakukan secara bertahap sebanyak 5 kali pertemuan.
Workshop kriya batik Polowijen setidaknya sudah membina 10 warga yang serius membatik dan 3 warga yang sudah mendapatkan sertifikasi membatik dari LSP Batik. Selain memberikan pelatihan membatik bagi warga Polowijen sendiri, Kriya Batik KPB juga sudah memberikan pelatihan membatik pada komunitas atau sekolah lain.
STMJ atau SINAU TEMBANG MOCOPAT JAWA
Kegiatan budaya yang rutin diselanggarakan setiap hari Jumat Malam di KBP dan di asuh oleh Ki Suryono adalah STMJ kepanjangan dari “Sinau Tembang Macapat Jawa”. Macapat atau maca papat-papat merupakan kegiatan menyanyi ala orang Jawa dengan syair berisi tuntunan atau nasehat. Kegiatan Macapat ini populer pada masa kerajaan Demak, Mataram, Surakarta dan Ngayogyakarta.
Namun, seiring kemajuan jaman, budaya Macapat ini semakin lama semakin terpinggirkan. Sehingga dengan mengikuti kegiatan belajar “nembang” macapat ini, kita turut melestarikan budaya warisan leluhur.
Kegiatan STMJ sesekali diiringi dengan gamelan sehingga membuat suasana menjadi lebih khidmat dan lebih dapat menghayati makna dari syair-syair yang ditembangkan. Untuk acara-acara tertentu seperti upacara KBP maupun kunjungan, macapat sering di tampilkan
Permainan Tradisional
Kegiatan budaya lainnya yang ada di KBP adalah kegiatan pelestarian permainan tradisional atau dolanan jaman dulu seperti egrang bambu, egrang bathok, engklek, lompat tali, klompen raksasa, ulat tangga raksasa holahop, gangsing dan masih banyak lagi.
Seperti kita ketahui, saat ini, permainan tradisional tersebut sudah jarang dimainkan oleh anak-anak jaman sekarang. Mereka lebih memilih permainan modern. Terlebih lagi dengan maraknya handphone yang menyediakan aneka permainan virtual sehingga semakin menjauhkan generasi kita dari dolanan masa lalu.
KBP bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Univ. Muhammadiyah Malang mendirikan labolatorium permainan tradisional yang lebih fleksibel, kekinian dan menyenangkan.
Dan, Jenis kegiatan permainan tradisional ini merupakan kegiatan yang paling di gemari oleh pengunjung KBP dimana setiap pegunjung turut serta memperagakan permainan tradisional secara bergantian.
Nah, itulah beberapa daya tarik dari Kampung Budaya Polowijen. Masih banyak daya tarik lainnya yang cukup panjang bila diceritakan dalam artikel ini sehingga kami akan mengulasnya satu per satu pada artikel berikutnya.
Tempat Hangout Unik dan Menarik
Jika bosan dengan suasana café di tengah kota, maka kita dapat mencoba merasakan nongkrong bersama teman-teman dengan nuansa pedesaan di KBP. Kopi manis dan makanan tradisional seperti ubi, singkong dan lain-lain akan terasa lebih nikmat di tempat ini sambil berbincang tentang sejarah dan budaya.
Apa Yang Dapat Dilakukan di Kampung Budaya Polowijen?
Selain mengunjungi Situs Ken Dedes dan menikmati seni tari atau suasana pedesaan ala Kampung Budaya Polowijen, pengunjung juga dapat berperan aktif dengan turut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan di Kampung ini.
Pengunjung KBP dapat mengikuti kegiatan budaya ditempat ini sesuai dengan seleranya masing-masing.
Bagi yang tertarik belajar menari, membatik, gerabah dan seni pahat silahkan menghubungi pihak pengelolah KBP yang akan menyertakan pengunjung dalam kelas-kelas belajar sesuai pilihannya.
Bagi pengunjung yang tertarik dengan Tari Topeng Malangan, silahkan berkunjung ke kediaman penarinya, salah satunya adalah Mbah Kari yang akan menceritakan mengenai sejarah Topeng Malangan di Malang dan informasi lain seputar kesenian tersebut.
Pengunjung KBP juga dapat mengikuti kegiatan STMJ atau Sinau Tembang Macapat Jawa.
Pengunjung KBP juga dapat mengikuti kegiatan pelestarian permainan tradisional.
Tarif Masuk Kampung Budaya Polowijen
Saat ini, untuk menikmati suasana di Kampung Budaya Polowijen masih belum dikenakan biaya masuk. Bahkan, saat penulis berkunjung ke tempat ini, selain mendapatkan informasi dan pengetahuan yang berharga, juga mendapatkan makanan dan minuman secara gratis. Dan, para penghuni KBP sangat ramah dan baik hati.
Tetapi, seiring dengan perkembangan KBP, selanjutnya pengunjung akan dikenakan tarif masuk sebesar Rp. 15.000.
Akses Menuju Kampung Budaya Polowijen
Akses menuju Kampung Budaya di kelurahan Polowijen ini sebenarnya sangat mudah terutama jika kita berada di kota Malang. Namun, bagi pengunjung dari luar kota, setelah melewati lampu merah silahkan belok kanan dibawah fly over lalu belok kiri lewat Sumpil atau Polowijen I. Jika bingung, silahkan bertanya pada warga setempat.
Sayangnya, pada hari libur, dari arah Surabaya, jalanan ini sering menjadi titik kemacetan. Namun, jika keinginan untuk menikmati suasana Kampung Budaya ini begitu kuat, maka kemacetan bukanlah halangan.
Event-event Budaya di Kampung Polowijen
Kunjungan Kampung Budaya Polowijen
Sambang Kampung KBP
Sarasehan Kampung Budaya Polowijen
Pasar Topeng KBP
Pasar Minggu Legi Jajan Tradisional
Pameran dan event
Festival Kampung Budaya Polowijen
Panawidjen Jaman Bijen
Gebyak Wayang Topeng Polowijen
Grebeg Suro
Budaya Tandur, Wiwit dan Metik
Peringatan Hari Tari Sedunia
Temu Topeng dan Sesekaran Topeng Malang
Penitisan, Jamasan dan Ruwatan Topeng Malang
Video Tentang Ken Dedes
Penutup
Sahabat Dolenners, itulah ulasan ayodolenrek tentang Kampung Budaya Polowijen yang berada di RW. 02 Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Malang. Satu tempat para penggiat dan pelestari budaya di kota Malang.
Sumber Nyolo, Wisata Religi Yang Ramah Buat Keluarga dan Anak-anak
Sumber Nyolo, Langlang, Singosari - Sumber Nyolo berada di dusun Mojosari, desa Langlang, kecamatan Singosari, Malang. Lokasinya cukup terpencil dan agak susah ditemukan. namun, saat memasuki desa L ...
Menjajal Keunikan Pasar Kawulo Singhasari 2019 Malang
Ayo Dolen Rek Ke Pasar Kawulo Singhasari - Satu destinasi wisata baru di wilayah SIngosari, Malang yang mengusung tema kehidupan rakyat kecil pada masa kerajaan SInghasari tempo dulu yang dise ...
0 komentar:
Posting Komentar