Home » » Es Santan 68 Jalan Sempu, Kuliner Sederhana yang Menjadi Legenda

Es Santan 68 Jalan Sempu, Kuliner Sederhana yang Menjadi Legenda

Es Santan 68 Jalan Sempu -  Malang memiliki banyak ragam kuline yang digemari masyarakat dari berbagai kalangan, Namun, untuk minuman terdapat satu kuliner dengan bahan sederhana yang tidak pernah sepi pengunjung dan menjadi kuliner legenda di kota Malang yaitu Es Santan 68.


Es Santan 68 Jalan Sempu Malang


Adalah Sutono yang dipanggil Pak No, warga asli Lamongan yang merantau ke Malang pada tahun 1966, pemilik usaha kuliner ini. Awalnya, Pak No bekerja membantu jualan es, setelah itu pada tahun 1968, berani membuka usaha sendiri yang diberi nama Es Santan 68.


Sutono atau Pak No pemilik Es Santan 68

Pada masa itu, minuman yang sejenis adalah es puter, es lilin dan lain-lain. Dengan memanggul dagangannya berkeliling kota Malang, Pak No mulai mengenalkan Es Santan buatannya. Setelah berkeliling sekian lama, akhirnya, Es Santan 68 menetap di pojokan Jalan Sempu Malang, dekat dengan lapangan Shampo. Sehingga sering disebut dengan Es Jalan Sempu.


Es Santan 68

Karena warna tampilannya pink atau merah muda karena perpaduan warna sirup dengan warna merah dan santan yang berwarna putih, maka banyak juga yang menyebut es buatan Pak No ini dengan nama Es Pink.


Es Santan 68


Bahan Es Santan 68 ini cukup sederhana yakni ketan hitam, tape dan cendol yang dicampur es dan santan lalu diberi sirup.  Meskipun sederhana, tapi tampilannya menarik. Dan, rasanya unik dan menyegarkan. Terlebih lagi ditambah dengan roti tawar yang di beri sirup. Hemm..


Saat ini, segelas es Santan 68 dijual dengan harga 5 ribu rupiah, Harga yang ramah di kantong. Maka tak heran apabila warung Es Santan 68 ini hampir tidak pernah sepi pembeli. Jika tidak minum di tempat, maka kita bisa membawanya pulang.


Anak kedua Pak No, Es Santan 68 Jalan Sempu

Kini, Es Santan 68 sudah memiliki cabang di depan SMA Negeri 9 Malang. Bukan orang lain, melainkan anak no. 4 Pak No sendiri. Sedangkan anak nomer 2 yang mengelolah di Jalan Sempu. Sementara, Pak No sendiri sekarang tinggal duduk santai menemani anaknya jualan.


Satu kesabaran, keuletan dan perjuangan yang patut diacungi jempol.


Lihat lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar