Home » » Petirtaan Jolotundo, Trawas, Mojokerto : Jejak Sejarah Perjuangan Airlangga

Petirtaan Jolotundo, Trawas, Mojokerto : Jejak Sejarah Perjuangan Airlangga

Candi Jolotundo : Jejak Sejarah Perjuangan Airlangga – Jalatunda atau Jolotundo merupakan nama yang cukup terkenal bagi kalangan masyarakat Indonesia dan banyak tempat di Nusantara ini yang memiliki nama tersebut seperti Sumur Jalatunda di kawasan pegunungan Dieng,Wonosobo, Sumur Jalatunda di Banjarnegara dan yang akan kita kupas pada artikel ini adalah Candi Jolotundo atau Petirtaan Jolotundo yang merupakan jejak perjuangan Prabu Airlangga, pendiri Wangsa Isyana.

Petirtaan Jolotundo
Petirtaan Jolotundo

Petirtaan Jolotundo atau Candi Jolotundo berada di dusun Seloliman, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, tepatnya di lereng Gunung Penanggungan. Ada beberapa versi tentang asal mula Petirtaan atau pemandian di tengah hutan ini. Konon Candi Jolotundo ini dibuat oleh Raja Udayana dari Bali untuk menyambut kelahiran anaknya Airlangga yang akan menjadi penerus wangsa Isyana.

Sedangkan versi lainnya mengatakan jika petirtaan Jolotundo ini dibuat pada masa Prabu Airlangga berjuang dalam mendirikan kejayaan Wangsa Isyana. Dan, tempat ini menjadi salah satu tempat peristirahatan serta tempat mengatur strategi bersama Patihnya yang setia yaitu Patih Narotama.

Apapun versi cerita tentang asal mula tempat ini tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan sejarah Sang Prabu Airlangga, Raja Kahuripan, penerus Wangsa Isyana.

Baca Juga : Kerajaan Kahuripan : Penerus Wangsa Isyana

Sedangkan nama Jolotundo sendiri memiliki beberapa makna, salah satunya memaknai jika Jolotundo berasal dari kata “Jolo” atau jaring dan “Tundo” atau tertunda, sehingga makna keseluruhannya adalah jaring bagi keinginan atau hajat yang tertunda lalu dengan kebersihan hati setelah membersihkan jiwa dan raga dengan air suci serta memanjatkan doa yang tulus kepada Tuhan Penguasa alam semesta maka doa tersebut akan dikabulkan.

Museum kecil Jolotundo
Penulis di depan musem kecil Jolotundo
Itulah, makna hakiki dari keberadaan Petirtaan Jolotundo ini dan itu pula yang dilakukan oleh Prabu Airlangga bersama Patih Narotama di tempat ini, hanya sebagai sarana menyucikan diri lahir dan batin guna memanjatkan doa dan keinginan kepada Sang Hyang Widdi Wasa bagi yang beragama Hindu atau Tuhan Yang Maha Esa.

Namun, pemahaman tentang keberadaan petirtaan yang berada di wana wisata gunung Penanggungan ini, sering disalah tafsirkan untuk tujuan-tujuan tertentu yang cenderung mendekati kemusyrikan. Karena tidak dapat dipungkiri, ditempat pemandian ini banyak daya-daya dari kekuatan kasat mata yang ingin menyesatkan manusia yang dating ke jurang sirik atau kemusyrikan.

Sehingga, jika anda mengunjungi Candi Jolotundo di wana wisata gunung Penanggungan ini, tetapkan niat lalu satukan hati dan fikiran dengan tujuan-tujuan yang baik bukannya untuk meminta berkah atau meminta terkabulnya keinginan. 

Hanya kepada Tuhan tempat kita menyembah dan memohon pertolongan.

Hal inilah yang mesti kita luruskan terlebih dahulu sebelum mengunjungi Petirtaan Jolotundo atau candi Jolotundo di lereng gunung Penanggungan ini.

Lokasi Petirtaan Jolotundo

Lokasi Petirtaan atau Candi Jolotundo ini berada di lereng gunung Penanggungan, tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sebagai salah satu wana wisata, selain menyajikan edukasi sejarah, Jolotundo memiliki pemandangan alam yang sangat indah dan hawa khas pegunungan yang menyegarkan rongga paru-paru.

Setelah memasuki Ngoro Industri, hamparan sawah mengijau dan pohon-pohon rindang serta deretan warung-warung kecil yang menyediakan makanan dan minuman panas, tertata rapi sepanjang perjalanan menuju Petirtaan Jolotundo. 

Pintu Gerbang Jolotundo
Pintu Gerbang Jolotundo
Meskipun harus menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, namun seua itu akan terbayar dengan keindahan suasana alam yang hening, sunyi dan alami. Cocok untuk melepaskan sejenak  beban kehidupan yang membelenggu kita sehari-hari.

Petirtaan Jolotundo

Berdasarkan catatan sejarah Candi Jolotundo Mojokerto, komplek Pertirtaan Jolotundo dibuat oleh Raja Udayana yang berasal dari Bali, setelah ia menikah dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa dan menurunkan Airlangga yang lahir pada Tahun 991 M.

Petirtaan jolotundo juga sebagai monumen tanda cinta kasih Raja Udayana kepada istri tercintanya dan untuk menyambut kelahiran putranya, Airlangga. 

Kolam Ikan
Kolam Ikan Patirtan Jolotundo
Keunikan dari Petirtaan ini adalah sumber mata air yang tidak pernah kering sepanjang masa meskipun sedang  musim kemarau. Pada tahun 1996, sebuah penelitian menempatkan mata air yang mengalir di pertirtaan Jolotundo  tersebut menjadi mata air terbaik nomor 3 yang ada di dunia untuk kebersihan dan kandungan mineral yang terdapat di dalam air tersebut.

Petirtaan Jolotundo
Petirtaan Jolotundo
Petirtaan Jolotundo, Mojokerto ini memiliki dua kolam pemandian yaitu satu kolam digunakan untuk mandi sekaligus berendam sang ratu dan satu kolam lainnya digunakan untuk sang raja. Sampai sekarang pembagian tempat berdasarkan jenis kelamin tersebut masih berlaku bagi pengunjung yang akan menyucikan diri di kolam tersebut.

Mitos Petirtaan Jolotundo

Mitos yang berkembang di masyarakat mengatakan,
“Barang siapa yang mandi di petirtaan Jolotundo, maka ia akan awet muda serta memiliki wajah tampan dan cantik layaknya Raja dan Ratu.”
Sehingga, mitos tersebut banyak menarik hati para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini dengan tujuan “ngalap berkah” atau mencari berkah agar menjadi awet muda dan mendapatkan kecantikan secantik ratu maupun ketampanan Raja di jaman Kerajaan dahulu. 

Ratusan ikan berwarna warni menghiasi kolam Petirtaan Jolotundo, kemudian untuk mencapai pemandian, kita harus melewati tangga batu yang tersusun rapi sepanjang kanan dan kiri kolam.

Pemandian Jolotundo
Pemandian Jolotundo
Konon,  tidak ada seorang pun warga yang berani mengambil ikan yang terdapat di dalam kolam tersebut. Jika berani mengambil ikan yang terdapat di kolam pemandian Jolotundo tersebut maka orang itu akan terkena bencana. Sehingga keberadaan ikan-ikan tersebut tetap terjaga.

Satu pertanyaan yang muncul di benak penulis dan belum terjawab kebenarannya adalah asal usul sosok Gajah Mada dan Arya Kamandanu pada masa kerajaan Majapahit yang disebutkan berasal dari gunung Penanggungan. Apakah mereka merupakan keturunan dari Patih Narotama? Atau bahkan keturunan dari Raja Airlangga?

Baca Juga :

Semoga terjawab kelak, karena bukti sejarah tidak ada yang menujukkan kepastiannya.

Hari Hari Ramai Petirtaan Jolotundo

Pada hari Minggu atau libur nasional terutama pada hari besar agama Hindu dan tahun Baru Jawa atau 1 Suro, Petirtaan Jolotundo sangat ramai dikunjungi para wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai macam niat dan tujuan.

Pada hari besar agama Hindu, dimana ratusan umat Hindu dari berbagai daerah dating ke tempat ini untuk melakukan puja saji, maka Petirtaan Jolotundo, ditutup untuk umum. Seperti pada hari Minggu kemarin, 12 Maret 2018, umat Hindu dari berbagai daerah di Jawa Timur sedang melakukan upacara Malasti, sehingga kami harus menunggu hingga upacara selesai.

Petirtaan jolotundo
Keramaian Jolotundo pada sore hari

Sedangkan pada malam 1 Muharam atau 1 Suro,  tepatnya pada malam bulan purnama, biasanya banyak wisatawan yang berkunjung ke petirtan ini untuk memandikan benda pusakanya atau sekedar mandi untuk menyucikan diri atau tujuan lainnya.

Harga tiket masuk Candi Jolotundo Mojokerto kita hanya membayar tiket masuk Rp. 10.000,- / orang untuk orang dewasa. Sedangkan untuk harga tiket masuk untuk anak-anak Rp. 7.500,- / orang. Untuk harga tiket masuk are candi tersebut di atas dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebijakan pengelola setempat.

Penutup

Demikian sekelumit ulasan tentang wana wisata yaitu Petirtaan Jolotundo yang merupakan peninggalan dan jejak sejarah perjuangan Airlangga, Raja Kahuripan dan penerus wangsa Isyana.

Selain menyimpan bukti sejarah, Petirtaan atau Candi Jolotundo juga dapat menjadi wisata alam pilihan bagi anda penggemar travelling.


2 komentar: