Tradisi Ngulapin : Cara Orang Bali Mengantarkan Roh Gentayangan – Ketika seseorang meninggal dengan cara yang tidak wajar seperti kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri dan lain-lainnya, maka roh atau arwahnya masih tertinggal di tempat kejadian. Inilah yang disebut roh gentayangan. Kehadirannya akan memberikan aura negatip dan berusaha mengganggu manusia di sekitarnya.
Tradisi Ngulapin merupakan tradisi masyarakat Hindu Bali untuk mengantarkan roh agar pulang kembali asalnya dan tidak bergentayangan di lokasi dimana ia meninggal.
Tradisi Ngulapin : Cara Orang Bali Mengantarkan Roh Gentayangan Gambar : Tribun News |
Kata “Ngulapin” berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Bali yakni “ulap” yang berarti silau atau menyilaukan. Dapat diartikan mengembalikan roh penasaran kepada cahaya menyilaukan yang menjadi pintu menuju alam arwah, tempat semestinya roh-roh itu berada. Atau bisa juga diartikan sebagai penghalau energi negatif yang datang.
Ketika terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa seseorang, maka rohnya akan tetap berada di lokasi kejadian. Biasanya, mereka berusaha mencari teman dengan cara mengganggu pengguna jalan yang melewati tempatnya berada.
Tradisi Ngulapin ini bertujuan untuk memanggil roh penasaran tersebut lalu mengantarnya pulang ke alamnya.
Menurut Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharya Nanda, Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, mengatakan, “Upacara Ngulapin merupakan upacara pra Pitra Yadnya (upacara untuk para leluhur) yang bertujuan agar roh yang telah meninggal tidak bergentayangan.”
Kemudian, setelah dilakukan ritual Ngulapin, keluarga masih tetap harus menyelesaikan rangkaian upacara Pitra Yadnya selanjutnya seperti Ngaben.
“Tetap harus diaben atau dikremasi, Ngulapin hanya menuntun Sang Atman (roh) yang tertinggal di lokasi, untuk diajak pulang. Selanjutnya kembali lagi kepada keluarga, mau langsung di lakukan upacara atau dititipkan dulu di pertiwi,” Lanjutnya.
Agar Ritual Ngulapin berjalan dengan baik, upacara harus dilengkapi dengan banten (sesajen). Diaman banten inilah yang dipercaya dapat membawa roh kembali pulang.
Banten dalam Tradisi Ngulapin Gambar : Baliexpress Jawapos |
Sesajen atau Banten yang disediakan berupa banten Pangresikan atau banten Ayaban Tumpeng Lima. Dimana, pada banten Ayaban Tumpeng Lima terdapat Sanggah Urip yang akan diletakkan di samping jasad saat upacara Ngaben.
Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharya Nanda melanjutkan, “dalam upacara Ngaben pasti ada Sanggah Urip yang ditaruh di dekat jenazah. Nah, Sanggah Urip itu fungsinya sebagai tempat istananya Sang Atman (roh) agar tetap berada di dekat jenazah. Agar Sang Atman tidak lepas atau gentayangan.”
Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar ini pun melanjutkan, “Atman perlu berada di dekat jenazah ketika prosesi pangabenan karena pada saat upacara Pangaskaran atau inisiasi Roh (pelepasan Atman dengan suksma sariranya), Atman harus tetap berada di dekat jenazahnya. Maka itu, sangat penting bagi mereka yang meninggal salah pati, keluarganya melaksanakan ritual Ngulapin.”
Sahabat dolenners, itulah ulasan ayodolenrek tentang Tradisi Ngulapin yang menjadi cara orang Bali dalam mengantarkan roh gentayangan.
“Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya.”
Dengan mengetahui salah satu tradisi di Pulau Dewata ini, maka akan semakin bertambah perbendaharaan kita tentang berbagai ragam tradisi yang ada di Nusantara tercinta.
Nah, Tunggu apalagi? Ayo dolen rek…
Artikel Terkait Lainnya :
- Ritual Tirta Amerta Sari Di Candi Sumberawan, Singosari 2018
- 20 Tradisi Unik di Indonesia Menyambut 1 Muharam
0 komentar:
Posting Komentar