TAMAN BABOJI ATAU PETIRTAAN WATUGEDE - Satu situs sejarah peninggalan kerajaan Singosari yang berada di pinggir jalan Desa Watugede, Singosari, Malang adalah Petirtaan Watugede. Dalam Serat Pararaton, petirtaan Watu Gede ini disebut sebagai Taman Baboji dan merupakan tamansari yang dibuat khusus untuk Ratu Ken Dedes bersama dayang-dayangnya.
Sebutan Taman Baboji pada masa lalu memang tepat karena tidak hanya mata air dan pemandian saja yang ada ditempat ini, namun juga merupakan sebuah taman yang indah dengan rerumputan hijau di kelilingi beraneka bunga, tanaman Palem dan pepohonan lainnya.
Petirtaan Watugede Singosari, Malang |
Taman yang dipagari kawat berduri ini merupakan cagar budaya yang dilindungi pemerintah mengingat tempat ini memang banyak mengandung nilai-nilai sejarah leluhur bangsa Indonesia pada masa kerajaan Singosari dan Majapahit dahulu.
Petirtaan Watu Gede ini merupakan pemandian Ratu Ken Dedes, seorang wanita dengan kemaluan yang memancarkan cahaya dan dipercaya akan menurunkan para raja di Jawa. Dan, terbukti, para raja di Jawa sejak jaman Singosari, Majapahit, Mataram hingga kesultanan Solo dan Jogyakarta saat ini, adalah keturunan dari Ken Dedes dan Ken Arok.
Maka Petirtaan Watu Gede ini merupakan situs sejarah yang menjadi salah satu saksi dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sehingga keberadaan tempat ini harus dijaga dan dilestarikan agar anak cucu kita kelak tidak melupakan leluhurnya.
Baca Juga :
Baca Juga :
Petirtaan Watu Gede Atau Taman Baboji
Sebelum memasuki pemandian, kita diwajibkan mengisi buku tamu terlebih dahulu di pos penjagaan cagar budaya ini. Dari sini, kita akan melihat satu taman yang penuh dengan berbagai tanaman. Segar dan menyejukkan pandangan.
Kemudian, saat menuruni tangga demi tangga menuju kolam pemandian, suara kicau burung dan kupu-kupu warna warni yang beterbangan, seolah mengantarkan kita untuk menyaksikan pemandangan yang semakin indah dan menentramkan jiwa. Hingga akhirnya, tiba di kolam pemandian.
Jalan setapak menuju Petirtaan Watugede |
Perlahan, ingatan kita akan terbawa pada masa lalu. Dalam benakku terlintas, bayangan sosok wanita-wanita cantik mandi dan bermain air di kolam yang bening dan bersih serta bertaburan bunga aneka warna. Mereka bercengkerama, bercanda dan tertawa bersama seperti tujuh bidadari dari kahyangan dalam kisah Jaka Tarub.
Namun, ketika fikiran mulai keruh dengan bayangan mesum, tiba-tiba tercium aroma dupa. Secepat kilat, kesadaranku muncul lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat ini. Dipojok kiri kolam dengan bebatuan kuno ini terdapat pohon besar yang diberi sarung kain berwarna hitam putih. Lalu dibawahnya terdapat dua tempat sesaji yang berpayung warna kuning dan ungu.
Tempat Sesaji dan Mata air yang mengalir ke Petirtaan Watugede |
Dan dibawahnya lagi, dua saluran air keluar dari pipa dan sebuah patung kecil. Dari tempat sesajian, terlihat sisa-sisa dupa masih mengepulkan asap. Rupanya, dari tempat inilah aroma dupa menyebar terbawa angin.
Sontak, kupejamkan mata mengheningkan cipta lalu mengucapkan salam dan memanjatkan doa kepada para leluhur, dahnyang dan penghuni gaib tempat ini. Tidak lupa, memohon maaf atas perilaku dan tata krama yang kurang berkenan.
Berbeda dengan pemandian Ken Dedes yang menjadi objek wisata dan pemandian umum, Petirtaan Watu Gede ini lebih sering dikunjungi wisatawan untuk keperluan keagamaan terutama agama Hindu-Budha, ritual hajat dan keperluan mistis lainnya. Sehingga nuansa magis ditempat ini begitu kental.
Setelah itu, kulangkahkan kaki menyusuri sudut demi sudut petirtaan ini. Terdapat beberapa bangunan baru seperti toilet, mushola dan sebuah gazebo. Selebihnya masih asli meskipun sudah banyak benda-benda kuno yang hilang.
Pemandian Kuno Watugede dengan simbol Teratai Tunjung |
Selain kain hitam putih yang dikenakan pada pohon, tempat sesaji dengan payung diatasnya, masih ada tiga benda yang menarik perhatian yaitu sebuah patung elang atau garuda, simbol yang ada di dinding pagar petirtaan dan sebuah patung teratai masih kuncup.
Nah, untuk memahami dan mengerti makna dibalik benda-benda tersebut, mari kita ikuti ulasan berikut ini yang diambil dari berbagai sumber.
Apa saja yang ada di Petirtaan Watu Gede
- Taman yang indah seluas 300 meter persegi dengan aneka tanaman hias, bunga-bunga dan pohon Lo atau ficus racemosa. Pohon-pohon Lo yang rimbun menjadi peneduh kolam dan sekitarnya.
- Kolam kuno berbentuk persegi panjang dimana dinding-dinding kolam terbuat dari batu bata kuno yang tersusun rapi dan kuat. Meskipun kondisi dinding sebagian sudah tak utuh lagi tapi semakin menambah kesan kuno pada kolam ini.
- Beberapa patung patung kecil yang menjadi pintu keluar air yang mengalir mengisi kolam dibawahnya. Uniknya, air yang keluar dari mulut arca ini tak pernah berhenti, meskipun pada musim kemarau.
- Kolam ini memiliki sebuah tangga batu yang memudahkan pengunjung masuk ke dalam kolam.
- Uniknya, salah satu batu pada tangga memiliki permukaan yang berlubang-lubang, dengan jarak lubang yang beraturan. Konon, lubang pada batu tersebut menjadi penunjuk waktu bagi putri-putri raja yang sedang mandi di kolam tersebut. Batu tangga yang berlubang tersebut dikenal dengan nama Watu Dakon.
- Tak jauh dari kolam, terdapat sebuah sumur yang seringkali dijadikan sebagai tempat meletakkan sesaji. Di sekitaran sumur juga terdapat tiga buah batu yang konon sering dijadikan sebagai batu pengasah pedang. Pedang yang diasah tersebut merupakan senjata yang digunakan untuk melaksanakan hukuman pancung.
- Goa yang sudah tertutup yang berfungsi sebagai tempat berlindung bagi para putri saat terjadi keadaan berbahaya. Namun, gua ini sekarang telah berada dalam kondisi tertutup.
Makna Simbol Benda di Petirtaan Watu Gede
1. Kain Hitam Putih
Di pojok kiri kolam pemandian terdapat sebuah pohon besar yang dilindungi dengan sarung kain kotak-kotak. Pohon diberi kain kotak-kotak itu merupakan salah satu tradisi warga Bali yang memiliki simbol dan makna kearifan lokal umat Hindu dalam hidup berdampingan dan untuk memberikan penghargaan kepada Alam.
Diluar yang berhubungan dengan falsafah agama, pohon besar merupakan salah satu pohon yang berjasa untuk kehidupan manusia karena pohon besar yang sudah berumur ratusan tahun ini, merupakan salah satu pohon yang bisa menyimpan cadangan air terbesar di antara ribuan jenis pohon lainnya.
Membutuhkan waktu sangat lama bagi manusia untuk menanam hingga tumbuh dengan ukuran yang sangat besar dan memiliki akar yang mampu menampung air, butuh puluhan mungkin ratusan tahun, tetapi hanya butuh waktu dalam satu hari untuk menebangnya.
Sehingga dengan memberi sarung berwarna kotak-kotak hitam putih, bertujuan agar manusia tidak dengan mudah menumbangkanya atau memotongnya.
2. Payung di tempat Sesaji
Terdapat dua benda yang mirip payung bersusun tiga yang berada di atas sumur. Di sumur pertama terdapat payung bersusun tiga dengan warna kuning sedangkan sumur kedua berwarna ungu.
Benda mirip payung ini disebut tedung yang memiliki makna sebagai pelindung. Payung bersusun tiga berarti melindungi tiga alam. Hal ini menunjukkan hubungan mikrokosmos dan makrokosmos, dimana kerusakan sumber air ini akan berpengaruh pada keseimbangan alam semesta.
3. Simbol di Dinding Pagar
Hampir di setiap peninggalan situs sejarah Singosari dan Majapahit terdapat sebuah simbol di dinding halamannya yaitu salah satu simbol Wilwatikta yang merupakan simbol kebesaran kerajaan Majapahit.
Sejarah Petirtaan Watu Gede
Dalam Serat Pararaton disebutkan bahwa Tunggul Ametung dan Ken Dedes sering mengunjungi Petirtaan Watu Gede yang disebut Taman Baboji dengan menggunakan kereta kuda. Dan, disinilah pertama kali Ken Arok yang menjadi pengawal Tunggul Ametung, dengan tidak sengaja melihat cahaya yang terpancar dari kemaluan Ken Dedes saat turun dari kereta.
Anak-anak sedang mandi di Petirtaan Watugede |
Sudah kehendak Dewata, ketika turun dari kereta, tersingkap pakaian yang dikenakan oleh Ken Dedes mulai dari Paha hingga ke pusatnya. Lalu terlihatlah sinar kecantikan yang murni dan alami serta tidak dimiliki oleh wanita lain sehingga membuat penguasa Padang Karaotan ini jatuh cinta.
Namun, Ken Arok bingung karena Ken Dedes adalah istri junjungannya. Kemudian, ia bertanya kepada Brahmana Lohgawe tentang tanda-tanda yang dimiliki Ken Dedes. Menurut sang Brahmana, wanita yang memiliki cahaya di kemaluannya adalah wanita “Stri Nareswari”. Meskipun seorang lelaki hina dina, jika dapat memperistrinya, maka ia akan menjadi seorang Raja besar.
Mendengar jawaban tersebut, Ken Arok memikirkan strategi untuk dapat memperistri Ken Dedes. Maka, dari Petirtaan Watu Gede inilah menjadi titik awal berdirinya kerajaan Singosari dengan segala kisah dan tragedy di dalamnya. Dan, akhirnya, Ken Arok dapat memperistri Ken Dedes serta menjadi raja besar yang mampu menaklukkan Kediri.
Petirtaan Watugede sangat terawat sehingga terlihat bersih dan indah serta eksotis |
Setelah Ken Dedes menjadi permaisurinya, Ken Arok melarang siapapun untuk memasuki Taman Baboji terutama saat sang istri bersama dayang-dayangnya sedang mandi. Dan, menerapkan hukum pancung bagi orang yang melanggarnya. Semenjak itu, Petirtaan Watu Gede hanya diperuntukkan Ratu bersama dayang-dayangnya saja.
Saluran air di Petirtaan Watugede Singosari, Malang |
Jejak sejarah ini terekam pada tiga buah batu yang berada di sekitar sumur di pojok kolam pemandian. Konon, batu tersebut merupakan batu pengasah pedang yang digunakan untuk melaksanakan hukuman pancung.
Pada masa kerajaan Majapahit, Petirtaan Watu Gede juga hanya digunakan oleh putri-putri Raja bersama dayang-dayangnya.
Petirtaan Watu Gede Saat Ini
Setelah berakhirnya era kerajaan Majapahit, pemandian Watu Gede ini ditemukan pertama kali oleh Arkeolog Belanda pada tahun 1925. Kemudian, petirtaan ini digunakan sebagai tempat wisata dan pemandian khusus bagi orang-orang Belanda saja seperti halnya Pemandian Wendit, Sengkaling dan Selecta.
Setelah Indonesia merdeka, barulah masyarakat umum dapat menikmati keindahan dan fasilitas yang ada di Petirtaan Watu Gede ini.
Mitos Petirtaan Watu Gede
Petirtaan Watu Gede merupakan tempat mandi Ratu Ken Dedes, seorang wanita yang kemaluannya memancarkan cahaya dan dipercaya sebagai ibu dari raja-raja di Jawa. Sehingga banyak pengunjung yang datang ke lokasi pemandian ini untuk mendapatkan berkah kecantikan, awet muda serta wajah yang memancarkan aura.
Akses Dan Lokasi Petirtaan Watu Gede
Petirtaan Watu Gede berada di Dusun Krajan, Desa Watu Gede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Sebetulnya hanya ada satu jalur dari arah Lawang menuju kota Malang, namun karena titik kemacetan terparah ada di depan pasar Singosari, maka kebanyakan wisatawan memilih jalan memutar lewat Jalan Rogonoto.
Desa Watugede, Singosari, Malang |
Lokasi Petirtaan Watu Gede ini tepat berada di pinggir jalan memasuki gerbang Desa Watu Gede. Jika dari arah Lawang menuju kota Malang, setelah melewati pasar Singosari dan lintasan kereta api, silahkan belok kiri. Setelah melewati stasiun Singosari, maka kita akan sampai di gerbang desa Watu Gede dimana sebuah pohon tinggi besar berdiri disampingnya.
Tepat di sebelahnya adalah Petirtaan Watu Gede.
Harga Tiket Masuk Petirtaan Watu Gede
Untuk menikmati keindahan taman Baboji dan merasakan kesegaran serta manfaat airnya, pengunjung tidak dikenakan tarif masuk. Namun, setelah mengisi buku tamu, wisatawan dapat memberikan sumbangan sukarela untuk menjaga kebersihan dan perawatan objek wisata sejarah ini.
Video Petirtaan Watugede
Objek Wisata Dekat Petirtaan Watu Gede
Untuk menjelajahi objek-objek wisata lainnya yang berkaitan dengan sejarah kerajaan Singosari lainnya, silahkan ambil jalan memutar hingga sampai di perempatan Jl. Rogonoto lalu menyeberang terus belok kiri di pintu gerbang Candi renggo.
Dari pintu gerbang ini, kita dapat mengunjungi beberapa objek wisata sejarah Singosari lainnya seperti berikut ini.
- Candi Singosari
- Arca Dwarapala Penjaga Istana Singosari
- Kampoeng Wisata Sumberawan
- Sumber Nagan
- Sumber Biru atau Sendang Kamulyan
- Museum Singosari
- Situs Watu Lumpang Desa Ngujung
Video tentang Sumber air bersejarah di Malang :
- Sumber Umbulan Ngenep Karang Ploso : https://youtu.be/ioTRv0kQZVI
- Sumber Nagan Singosari Malang : https://youtu.be/GkXi6lLKDwA
- Jaka Tarub dan Sumberawan : https://youtu.be/7zclbPhiDac
- Sejarah dan Asal usul Sumberawan : https://youtu.be/qRRmA5-yDqY
- Hari Bumi di Sumberawan : https://youtu.be/9-t51WbX96Q
- Sumber Mlaten Lawang Malang : https://youtu.be/RhJdTBrVdlM
- Penemuan Situs Purbakala di Sumber Ngenep : https://youtu.be/1k-dDJ7y7Ps
- Sumber Bibis Ketindan, Lawang, Malang : https://youtu.be/1k-dDJ7y7Ps
- Sumber Kemado Polaman Lawang : https://youtu.be/TUB8nGHRLog
- Kolam Renang Pentungan Sari : https://youtu.be/1heAW3Vyqks
- Sumber Loji, Klampok, Singosari, Malang : https://youtu.be/SFrkVJb30eI
- Sumber Karangan, Karang Ploso, Malang : https://youtu.be/DjoJ9FV_U1w
- Sumber Maguan, Malang : https://youtu.be/UHz2ZDeuXnc
- Sumber Jodoh, Gunung Kawi, Malang : https://youtu.be/Hulru2aRl3A
- Sumber Pakis Uceng, Langlang, Singosari, Malang : https://youtu.be/xqpKFpWIBss
- Sumber Bendo, Klampok, Singosari, Malang : https://youtu.be/m0y5jAzgaTY
- Menjajal Kesegaran Tirta Amerta Sumberawan : https://youtu.be/33nhk5RbBdk
- Sumber Nyolo, Karang Ploso, Malang : https://youtu.be/njWzy4aD0XM
- 10 Hal Unik dan Menarik di Sumberawan : https://youtu.be/VzFeBohpCMc
- Sumber Suko, Randu Agung, Singosari, Malang https://youtu.be/BZOTiIqJIcg
- Sumber Watugede, Jejak Putri Ken Dedes : https://youtu.be/hV3QkzQ4bGA
0 komentar:
Posting Komentar