Home » , , , » Candi Kidal, Tumpang, Malang : Menyusuri Jejak Sejarah Singhasari

Candi Kidal, Tumpang, Malang : Menyusuri Jejak Sejarah Singhasari

Candi Kidal, Ayo dolen rek -  Saat memasuki pelataran kompleks Candi Kidal di desa Rejokidal, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang ini,terasa memasuki dunia yang asing. Suasana tempo dulu pada masa Kerajaan Singhasari perlahan memasuki kesadaran, tentang sosok Anusapati, Raja Kedua yang menjadi bagian dari rentetan sejarah panjang negeri ini.

Menyusuri Jejak Sejarah Singhasari di Candi Kidal, Tumpang, Malang
Menyusuri Jejak Sejarah Singhasari di Candi Kidal, Tumpang, Malang
Di Candi Kidal inilah, abu Raja Anusapati disemayamkan. Dan, Candi ini dibangun pada 1248 M sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Anusapati dengan tujuan agar Sang Raja mendapat kemuliaan sebagai Syiwa. 

Matt Dolan di Candi Kidal, Tumpang, Malang
Matt Dolan di Candi Kidal, Tumpang, Malang
Sebagai warisan budaya, kompleks Candi Kidal ini masih terawat dan terjaga kebersihannya meskipun sudah berumur ratusan tahun. Kali ini, Matt Dolan sendiri yang mencoba menelusuri jejak-jejak sejarah Singhasari di wilayah Tumpang, Malang. Berikut penuturannya.

Lokasi Candi Kidal

Candi yang menjadi tempat disemayamkannya abu Raja Anusapati ini berada sekitar 20 kilometer di sebelah timur kota Malang, tepatnya di desa Rejokidal, kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa timur. 

Monumen pemugaran Candi Kidal, Tumpang, Malang
Monumen pemugaran Candi Kidal, Tumpang, Malang

Candi Kidal dibangun pada tahun 1248, tahun kedua belas setelah pemakaman Raja kedua Singasari ini meninggal. Pada tahun 1990, Candi Kidal dipugar kembali dan akses menuju candi ini sudah diperbaiki sehingga kita dapat dengan mudah menemukan candi ini. Terlebih lagi, lokasinya tepat berada di pinggir jalan raya.

Suasana Candi Kidal, Tumpang, Malang
Suasana asri di Candi Kidal, Tumpang, Malang

Suasana di kompleks Candi Kidal ini sejuk dan teduh karena masih banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang dan besar, dan juga terdapat taman disekitar candi yang terawat dengan baik. Namun sayang, tepat dibelakang Candi Kidal sudah dipadati dengan rumah-rumah penduduk.


Fungsi Candi Kidal

Pada umumnya, keberadaan Candi-candi di Jawa Timur biasanya digunakan sebagai tempat dharma atau perabuan dari seorang Raja. Seperti tercantum dalam kitab Negarakertagama dimana Candi Kidal digunakan untuk mendharmakan Raja Anusapati.

Candi Kidal, Tempat Perabuan Raja Anusapati
Candi Kidal, Tempat Perabuan Raja Anusapati

Begitu pula dengan Candi Jago yang digunakan untuk mendharmakan Raja Wisnuwardhana atau Ranggawuni, kemudian Candi Jawi dan Candi Singasari untuk mendharmakan Raja Kertanegara serta Candi Ngenthos digunakan untuk mendharmakan Hayam Wuruk dan beberapa candi lainnya.

Namun ada tambahan fungsi pada Cand Kidal, dimana penggambaran relief Garudeya merupakan bentuk bakti sang raja kepada ibundanya, yaitu Ken Dedes. Satu bentuk “ruwatan” atas penderitaan dan perjuangan putri Mpu Purwa dari Polowijen ini.

Catatan Penulis

Saat mengunjungi Candi Kidal ini, rentetan peristiwa berdarah yang menyelimuti kerajaan Singhasari pada masa lalu akibat kutukan Keris Mpu Gandring, seolah membayang dalam angan-angan.

Ken Arok, Anusapati, Tohjoyo dan lain-lain hingga tujuh turunan berakhir tragis dalam tusukan keris pusaka ampuh ini. Dan, kutukan ini berakhir pada masa Raja Kertanegara. Namun, sang Kertanegara pun harus tewas dalam pertempuran melawan Kediri.

Tapi, semua itu hanya dalam dongeng dan kisah-kisah leluhur dahulu termasuk dalam Serat Pararaton. Akan tetapi, kitab dan serat pada masa lalu, hanyalah ciptaan para pujangga dengan berbagai alasan dibaliknya. Tentang kenyataan sebenarnya, sampai sekarang tidak ada yang tahu karena kita berada pada jaman yang berbeda.

Entahlah, biar para ahli sejarah yang akan meluruskannya.

Namun, dibalik kisah-kisah pada masa lalu itu, tersimpan hikmah dan nilai-nilai keutamaan manusia sebagai bentuk pembelajaran kepada generasi berikutnya. Tentang angkara murka, ambisi, keserakahan, balas dendam dan tipu muslihat.

Alangkah baiknya, apabila kita mampu memetik hikmahnya khususnya yang baik-baik saja.

Nah, tunggu apalagi? Ayo dolen rek..

Wisata Sejarah Lainnya :


3 komentar: