Ayo Dolen Rek Ke Candi Badut, Desa Karang Besuki Malang – Hari Minggu kemarin, penulis mengunjungi Candi Badut di desa Karang Besuki, Malang. Ketika melangkahkan kaki memasuki pelataran Candi Badut, kenangan 30 tahun yang lalu seolah membentang kembali di depan mata. Saat itu, penulis adalah seorang mahasiswa baru yang sedang menjalani OPSPEK di kampus elang, STIKI Malang.
Kampus STIKI berada di Jl. Tidar 100 Malang dengan jumlah mahasiswa yang tidak terlalu banyak karena pada tahun 1980an, jurusan teknologi komputer merupakan jalur pendidikan yang masih belum dikenal masyarakat. Dan, hanya STIKI yang membuka jurusan itu pertama kali di kota Malang sebelum akhirnya kampus-kampus lain mengikuti jejaknya.
![]() |
Candi Badut, Desa Karang Besuki, Sukun, Malang |
Pada era 80-an, kegiatan orientasi dan pengenalan sekolah, tergolong masih keras seperti kegiatan militer. Para senior, bertindak layaknya penguasa sekolah yang dengan keras dan tegas serta cenderung semena-mena memberi tugas, memerintah dan menghukum mahasiswa baru. Dan, kami sebagai mahasiswa baru dengan bermacam perasaan di dada, harus tunduk mengikuti semua perintahnya.
Kala itu, kami merasa seperti domba yang harus taat dan patuh pada penggembalanya. Siapa yang tidak membawa tugasnya, menolak atau bahkan berani melawan maka akan menerima hukuman seperti push up, lari mengelilingi lapangan dan lain-lain.
Namun sekarang, setelah puluhan tahun berlalu, kenangan itu terasa begitu indah. Terlebih lagi, ketika mengunjungi tempat-tempat yang dahulu pernah menjadi arena penggemblengan mental kami salah satunya adalah Candi Badut.
Sambil menatap asap rokok yang melayang-layang, penulis mencoba membayangkan kembali kenangan berada di situs bersejarah ini. Kebetulan, saat itu, banyak mahasiswa yang sedang berfoto dan bercengkerama di area candi, sehingga kenangan itu begitu kuat menarik kembali memori 30 tahun lalu.
Kenangan OPSPEK STIKI di Candi Badut
Saat itu, kami satu angkatan dengan mengenakan seragam plus aksesorisnya seperti topi terbuat dari kertas kartun, berkalung bawang putih dan atribut lucu lainnya, dipandu para senior, berjalan kaki menelusuri sawah dan ladang menuju Candi Badut. Saat itu, adalah masa-masa agak santai setelah penggemblengan fisik di dalam kampus.
![]() |
Candi Badut, Megah dan terawat kebersihannya |
Pemandangan sepanjang jalan masih berupa sawah dan ladang jagung meskipun perumahan Tidar sudah berdiri. Tapi tidak seperti saat ini, dimana hampir semua sawah dan ladang, hilang berubah menjadi perumahan mewah.
Sambil bernyanyi, kami seolah tentara yang berbaris rapi, berjalan selangkah demi selangkah menuju salah satu tempat bersejarah tertua di Malang. Sesampainya di Candi Badut, kami mendapatkan tugas untuk membersihkan area ini.
Sambil membersihkan sampah berupa ranting-ranting pohon, daun dan sampah lainnya, kami hanya dapat melihat reruntuhan batu-batu yang belum tersusun dengan rapi. Sisa-sisa sesajen dan aroma wangi dupa dan bunga masih tercium.
Saat itu, dunia sejarah dan budaya bagi kami merupakan hal yang sangat asing sehingga kami memandang bangunan sejarah yang dibangun ribuan tahun lalu itu hanyalah onggokan batu tak berarti. Dan, bau wewangian yang berasal dari dupa, kemenyan dan bunga, merupakan sesuatu yang cenderung menakutkan.
![]() |
Sayang, pada waktu itu tidak ada senior yang dapat menjelaskan alasan mengunjungi Candi Badut ini. Seolah kegiatan ini hanyalah satu rangkaian dari seluruh kegiatan OPSPEk saja. Dan, sejarah tentang bangunan peninggalan Raja Gajayana ini hanya sekelumit saja yang dapat kami terima. Itupun dari tulisan-tulisan yang terdapat di area candi.
Setelah kegiatan OPSPEK di Candi Badut ini, kami pun kembali ke kampus dengan menyimpan banyak pertanyaan seputar situs sejarah ini. Baik sejarah dan budaya yang menyelimutinya.
Candi Badut Saat Ini
Kini, Candi Badut sudah berubah lebih terawat, bersih, indah, tertata dan dikelolah dengan baik sehingga menjadi salah satu objek wisata sejarah yang banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
![]() |
Mahasiswa mulai mengenal sejarah di Candi Badut |
Candi Badut pada masa 30 tahun lalu, sudah berubah. Tidak lagi menyeramkan dan sudah menjadi tempat wisata yang nyaman. Namun, alangkah lebih baik apabila pengunjung tempat bersejarah ini dibekali dengan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang sejarah dan budaya para leluhur kita dahulu.
![]() |
Badut Temple, Karang Besuki, Malang |
Sehingga tempat-tempat yang harusnya sakral tidak menjadi tempat tongkrongan seperti halnya café atau warung kopi. Meskipun jaman sudah berubah, tapi budaya menghormati yang lebih tua seperti leluhur kita pada masa lalu, seharusnya masih tetap dipertahankan.
![]() |
Candi Badut sebagai spot foto unik dan instagramable |
Jika tidak, maka jati diri bangsa Indonesia, secara perlahan akan hilang digantikan identitas, budaya dan peradaban asing. Atau, budaya dan sejarah bangsa Indonesia akan di-klaim oleh bangsa lain.
Penutup
Sahabat dolenners, itulah kenangan Matt Dolan saat mengunjungi Candi Badut yang berada di Desa Karang Besuki, Malang. Sangat jauh berbeda. Candi Badut, 30 tahun lalu sudah berubah menjadi lebih baik, indah dan terawat.
![]() |
Matt Dolan di Candi Badut, Karang Besuki, Malang |
Nah, tunggu apalagi? Mari kita jaga, kunjungi dan meningkatkan rasa memiliki terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah ! Karena jika bukan kita, lalu siapa lagi?
Ayo dolen rek…
Objek Wisata Sejarah Lainnya :
Objek Wisata Sejarah Lainnya :
Wah..wah...wah..mengingatkanku saat di OSPEK kala itu tahun 90 an...seperti apa yang disampaikan penulis yang juga sekaligus seniorku yang aku cintai dan sayangi hihiiii...memang betul apa yang disampaikan beliau bahwa Desa Karang besuki memang memberi kenangan tersendiri bagi saya dan teman teman seangkatan dengan saya dengan penuh perjuangan untuk menyelesaikan studi di kampus ELANG STIKI... yang hingga saat ini masih berdiri tegak dengan semakin membentangkan sayapnya yang di komandani oleh adik yunior saya yang juga saya merasakan kebanggaan atas eksistensinya kampus di bawah kepemimpinan beliau adik adik tingkat kami...lanjutkan dalam kesuksesan..!! Dan untuk bos Mat Dolan bin Mat Sulis..lanjutkan mas bro dolane..mumpung masih sehat dan seger waras..
BalasHapus