Benteng Fort Rotterdam, Objek Wisata Sejarah di Makassar, Sulawesi Selatan – Saat berkunjung ke Makassar, rasanya kurang lengkap jika belum mendatangi Benteng Rotterdam, benteng yang menjadi saksi sejarah pada masa lampau. Benteng Rotterdam juga disebut sebagai Benteng Payyua atau Benteng Penyu karena bentuknya mirip Penyu dan filosofinya yang merupakan hewan Ampibi, dapat hidup di darat dan di laut. Sama halnya dengan kerajaan Gowa yang jaya di darat maupun di laut.
Kali ini ayodolenrek, mengulas perjalanan wisata yang dilakukan oleh Susilowati bersama rekan kerjanya saat melakukan perjalanan dinas ke kota Makassar, tepatnya pada tanggal 31 Oktober 2014. Memang sudah cukup lama, tapi untuk menambah kazanah travelling website ayodolenrek, tidak menjadi masalah.
Menurut para traveller, Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu bangunan bersejarah di Makassar, Sulawesi Selatan yang dianggap megah dan menawan. Sehingga bangunan bersejarah di Makassar ini dijuluki sebagai “the best preserved Dutch in Asia” oleh wartawan New York Times, Barbara Crossette.
Sebelum bernama Fort Rotterdam, bangunan ini disebut Benteng Jumpandang atau Ujung Pandang yang digunakan oleh Kesultanan Gowa sebagai tempat pertahanan atau perlindungan dari serangan musuh.
Terdapat 17 benteng pertahanan yang dimiliki oleh Kerajaan Gowa yang tersebar mengelilingi seluruh wilayah ibukota kerajaan. Diantara semua benteng tersebut, hanya benteng Ujung Pandang yang memiliki bangunan paling megah dan terjaga keasliannya hingga sekarang.
Untuk lebih mengenal objek wisata sejarah ini, mari kita ikuti ulasan tentang berbagai hal mengenai Benteng Rotterdam di Makassar ini.
Sejarah Benteng Fort Rotterdam
Benteng Rotterdam adalah bangunan bersejarah di Sulawesi Selatan yang dianggap paling megah dan menawan dan merupakan benteng peninggalan Kesultanan Gowa Tallo, yang pernah mengalami masa kejayaan pada abad ke-17 dengan ibu kota Makassar.
Pada tahun 1545, Raja Gowa ke-IX bernama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng membangun benteng ini dengan bahan campuran batu dan dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Sedangkan desain arsitekturnya meniru gaya benteng buatan Portugis dengan bentuk segi empat.
Kemudian Sultan Gowa ke-XIV yaitu I Mangerangi Daeng Manrabbia bergelar Sultan Alauddin, pada tanggal 9 Agustus 1634, membuat dinding tembok dengan batu padas hitam yang didatangkan dari daerah Maros. Lalu pembangunan dilanjutkan pada tanggal 23 Juni 1635, berupa dinding tembok kedua dekat pintu gerbang.
Pada masa penjajahan, antara tahun 1655 hingga 1669, Benteng Rotterdam pernah mengalami kehancuran ketika Belanda menyerang Kesultanan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Tujuan dari serbuan Belanda ini adalah untuk menguasai jalur perdagangan rempah rempah dan memperluas sayap kekuasaan mereka sekaligus membuka jalur perdagangan ke Banda dan Maluku.
Kala itu, pasukan Belanda dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman. Belanda menyerang Kesultanan Gowa hampir setahun lamanya, akibatnya Kesultanan Gowa kalah dan sebagian benteng hancur. Dan, karena kekalahan ini, Sultan Gowa dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.
Kemudian, saat Belanda berkuasa dengan pimpinan Gubernur Jendral Speelman, membangun kembali benteng yang telah hancur menerapkan model arsitektur Belanda. Sehingga bentuk benteng yang awalnya berupa segi empat berubah menjadi seperti Penyu dengan empat bastion, ditambahkan satu bastion lagi di sisi barat.
Gubernur Jendral Speelman memberi nama benteng ini Fort Rotterdam, seperti nama dari tempat kelahirannya di Belanda. Sejak dikuasai Belanda, Benteng Ujung Pandang ini digunakan sebagai pusat perdagangan, penimbunan hasil bumi dan rempah rempah serta sebagai pusat pemerintahan Belanda di wilayah Timur Nusantara.
Benteng Fort Rotterdam Sebagi Objek Wisata Sejarah
Sebagai pusat pemerintahan Belanda di wilayah Timur, Benteng Rotterdam memiliki banyak peran dan fungsi. Selain sebagai pusat pemerintahan, basis pertahanan Belanda dan pusat perniagaan, Benteng Penyu ini juga merupakan tempat tahanan terakhir bagi Pangeran Diponegoro.
Namun saat ini, fungsi Benteng Ujung Pandang ini telah berubah menjadi objek wisata sejarah dan pusat kebudayaan Pemerintah daerah Sulawesi Selatan.
Sebagai objek wisata sejarah, isi peninggalan Benteng Rotterdam antara lain adalah bangunan dan reruntuhan benteng, tempat tahanan dan makam Pangeran Diponegoro serta Museum La Galigo. Sehingga, saat berkunjung ke objek wisata sejarah ini, selain Benteng Rotterdam, kita juga dapat melihat objek-objek sejarah lainnya.
Ruang Tahanan Dan Makam Pangeran Diponegoro
Seperti kita ketahui dalam catatan sejarah, Perang Diponegoro yang berlangsung antara tahun 1825 hingga 1830 berakhir dengan dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat mengikuti perundingan damai. Kemudian, Pangeran Diponegoro ditangkap lalu dibuang ke Menado, lantas tahun 1834 dipindahkan ke benteng Fort Rotterdam.
![]() |
Sel Tahanan Pangeran Diponegoro |
![]() |
Ruang Pengasingan Pangeran Diponegoro |
Di Benteng Penyu ini pula, Pangeran Diponegoro mangkat dan dimakamkan ditempat ini bersama istri tercintanya.
![]() |
Pintu Gerbang Makam Pangeran Diponegoro |
![]() |
Makam Pangeran Diponegoro |
![]() |
Makam Istri Pangeran Diponegoro |
Museum La Galigo
Kini, di kompleks Benteng Ujung Pandang terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai peninggalan sejarah kebesaran Makassar atau Gowa-Tallo dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan.
![]() |
Susi dkk di Museum La Galigo |
![]() |
Ruang Lukisan Museum La Galigo |
![]() |
Teman-teman Susi di Musem La Galigo |
Museum La Galigo menyimpan kurang lebih 4.999 koleksi seperti koleksi prasejarah, numismatic, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi.
Konon menurut masyarakat Sulawesi Selatan, Benteng Rotterdam merupakan tempat yang angker dan penuh dengan misteri. Hal ini cukup beralasan mengingat bangunan bersejarah ini sudah berdiri ratusan tahun yang lalu dan sudah banyak jiwa-jiwa yang melayang akibat pertempuran di tempat ini.
Penutup
Itulah ulasan ayodolenrek tentang perjalanan wisata Susilowati bersama rekan kerjanya ke Benteng Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan. Sambil menyelam minum air, itulah yang dilakukan wanita hitam manis ini. Setelah menyelesaikan pekerjaan dinasnya, ia bersama rekan-rekan kerjanya mengisi hari luangnya dengan mengunjungi objek-objek wisata terdekat.
Salah satunya adalah Benteng Fort Rotterdam.
Harapannya, informasi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang objek-objek wisata di Indonesia.
Semoga Bermanfaat..
Sumber :wisata.makassarkota.go.id
Benteng pertahanan yang bersejarah
BalasHapusJalan2 yuks...
BalasHapusYuks...
Hapus