Home » » Galak Gampil, Tradisi Berbagi Kasih Di Hari Lebaran

Galak Gampil, Tradisi Berbagi Kasih Di Hari Lebaran

Galak Gampil, Tradisi Berbagi Kasih Di Hari Lebaran – Saat membaca sebuah gambar yang dikirimkan seorang teman pada grup WA yang bertuliskan “The Galak Gampil,” judul satu acara Halal Bihalal dari satu komunitas alumni, ingatan saya langsung melayang kembali pada masa kecil dulu.

Galak Gampil, Tradisi Berbagi Kasih Di Hari Lebaran


Tepat pada hari pertama Lebaran dimana keluarga besar berkumpul, setelah acara “sungkeman” maka acara yang paling ditunggu oleh anak-anak pada waktu itu adalah pembagian uang dari orang tua, saudara yang sudah bekerja dan sanak family.

Itulah yang disebut Galak Gampil.

Berasal dari kata “Galak” atau pemarah dan “Gampil” yang artinya mudah sehingga Galak Gampil dapat diartikan sebagai satu kebiasaan untuk menerima uang meskipun harus dimarahi atau diberi nasehat terlebih dahulu.

Kala masih anak-anak, sekecil apapun pemberian uang yang diterima merupakan satu hal yang sangat berharga. Mengingat pada masa itu, kita belum dapat mencari uang sendiri kecuali hanya pemberian dari orang tua atau saudara.

Dalam ruang lingkup keluarga, kebiasaan berbagi kasih berupa materi, jasa maupun hanya sekedar nasehat dari yang tua kepada yang lebih muda adalah hal yang memang ditanamkan oleh leluhur kita untuk memperkuat ikatan kekeluargaan.

Dan, biasanya, sebagai saudara yang lebih tua dan sudah bekerja, saat memberikan uang kepada adik-adiknya selalu menasehatinya terlebih dahulu atau bahkan memarahinya bila mengetahui adiknya nakal atau malas belajar.

Sementara bagi anak-anak, mempunyai uang sendiri pada hari Lebaran meskipun uang pemberian, akan membuatnya merasa senang. Dalam fikirannya hanya ada mainan, bermain atau jalan-jalan.

Mungkin, itulah awal mula dari tradisi Galak Gampil. Kebiasaan yang bermula dari keluarga kemudian berkembang semakin luas.

Ketika Galak Gampil hanya berlaku pada lingkungan keluarga saja, tradisi ini berjalan dengan semestinya pada sebuah keluarga. Namun ketika, berkembang semakin luas dimana tidak hanya keluarga tapi juga tetangga baik dekat maupun jauh dan bahkan orang-orang yang tidak dikenal.
Maka berbagai pendapat yang pro-kontra muncul ditengah masyarakat.

Satu pendapat mengatakan itu hanya sebuah tradisi pada hari Lebaran saja, bahkan orang rela antri berjam-jam maunpun harus menunggu berhari-hari untuk menukar uangnya hanya untuk menjalankan tradisi berbagi kasih ini. 

Sementara pendapat lain yang bertentangan, melarang anak-anaknya untuk mengikuti tradisi menerima uang ini karena takut jika kebiasaan ini hanya akan menumbuhkan mental pengemis pada anaknya saja. Sehingga menyarankan agar tradisi yang sudah berjalan puluhan tahun ini untuk segera dihentikan.

Terus, Mana yang benar?

Masing-masing pihak memiliki alasannya masing-masing. Namun, menurut pendapat saya pribadi, “semua tergantung pada niatnya.”

Itulah sekelumit ulasan ayodolenrek tentang  “Galak Gampil, Tradisi Berbagi Kasih Di Hari Lebaran” yang semakin hari semakin berkembang, baik positif maupun negatifnya.

Kebenarannya kembali pada diri kita masing-masing. Jika anda tidak setuju dengan tulisan ini atau mendukungnya, silahkan isi pada kolom komentar dibawah ini.

Semoga bermanfaat...



1 komentar: