Ayo Dolen Rek, Bersih Desa Sitirejo, Wagir, Malang 2022 - Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI dan penutupan bulan Syuro atau Muharam, Desa Sitirejo, Wagir, Malang, menggelar acara Bersih Desa. Dalamacara yang dihadiri oleh Bupati Malang, H.M. Sanusi ini digelar beragam seni budaya seperti Tari, Panembromo dan Campursari.
Bupati Malang H.M. Sanusi dalam Bersih Desa Sitirejo, Wagir, Malang
Sebagai penutup acara, digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dengan Lakon "Parikesit Jumeneng Ratu" dan dalangnya adalah Ki Marsudi dari Nganjuk.
Ki Marsudi dari Nganjuk, Jawa Timur
Sejak sore hari sebelum acara dimulai, hujan terus mengguyur wilayah Malang Raya termasuk desa Sitirejo dan sekitarnya, sehingga Panitia agak khawatir atas kelanjutan acara ini. Namun, perlahan hujan pun reda dan acara dibuka dengan hiburan Campursari yang menyanyikan tembang, "Lali Janjine".
Biduan Campursari dari Paguyuban Tresna Budaya Wagir
Kemudian, disusul dengan tembang-tembang lainnya oleh para biduan cantik dari komunitas Tresna Budaya, Wagir. Secara bergelombang, penonton berduyun-duyun datang memenuhi Balai Desa Sitirejo. Dan, acara dilanjutkan dengan Panembromo dari Paguyuban Tresna Budaya, Wagir, Malang.
Setelah itu, dilanjutkan dengan hiburan Campursari sampai rombongan Perangkat Desa bersama Bapak Bupati Malang, datang. Maka, acara dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia, kepala desa dan Bapak H. M. Sanusi selaku Bupati Malang
Kemudian, sebagai pembukaan pagelaran Wayang Kulit dilakukan prosesi serah terima Gunungan Wayang dari Bupati Malang kepada Dalang Ki Marsudi. Dan, pagelaran wayang kulit semalam suntuk segera dimulai dengan meriah diiringi letusan kembang api.
Video Bersih Desa Sitirejo, Wagir, Malang
Itulah, rangkaian acara bersih desa di Balai Desa Sitirejo, Wagir, Malang.
Ayo Dolen Rek, Bersih Desa Sitirejo, Wagir, Malang 2022 - Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI dan penutupan bulan Syuro atau Muharam, Desa Sitirejo, Wagir, Malang, menggelar acara Bersih Desa. Dalamacara yang dihadiri oleh Bupati Malang, H.M. Sanusi ini digelar beragam seni budaya seperti Tari, Panembromo dan Campursari.
Bupati Malang H.M. Sanusi dalam Bersih Desa Sitirejo, Wagir, Malang
Sebagai penutup acara, digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dengan Lakon "Parikesit Jumeneng Ratu" dan dalangnya adalah Ki Marsudi dari Nganjuk.
Ki Marsudi dari Nganjuk, Jawa Timur
Sejak sore hari sebelum acara dimulai, hujan terus mengguyur wilayah Malang Raya termasuk desa Sitirejo dan sekitarnya, sehingga Panitia agak khawatir atas kelanjutan acara ini. Namun, perlahan hujan pun reda dan acara dibuka dengan hiburan Campursari yang menyanyikan tembang, "Lali Janjine".
Biduan Campursari dari Paguyuban Tresna Budaya Wagir
Kemudian, disusul dengan tembang-tembang lainnya oleh para biduan cantik dari komunitas Tresna Budaya, Wagir. Secara bergelombang, penonton berduyun-duyun datang memenuhi Balai Desa Sitirejo. Dan, acara dilanjutkan dengan Panembromo dari Paguyuban Tresna Budaya, Wagir, Malang.
Setelah itu, dilanjutkan dengan hiburan Campursari sampai rombongan Perangkat Desa bersama Bapak Bupati Malang, datang. Maka, acara dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia, kepala desa dan Bapak H. M. Sanusi selaku Bupati Malang
Kemudian, sebagai pembukaan pagelaran Wayang Kulit dilakukan prosesi serah terima Gunungan Wayang dari Bupati Malang kepada Dalang Ki Marsudi. Dan, pagelaran wayang kulit semalam suntuk segera dimulai dengan meriah diiringi letusan kembang api.
Video Bersih Desa Sitirejo, Wagir, Malang
Itulah, rangkaian acara bersih desa di Balai Desa Sitirejo, Wagir, Malang.
Salam Budaya
Es Santan 68 Jalan Sempu - Malang memiliki banyak ragam kuline yang digemari masyarakat dari berbagai kalangan, Namun, untuk minuman terdapat satu kuliner dengan bahan sederhana yang tidak pernah sepi pengunjung dan menjadi kuliner legenda di kota Malang yaitu Es Santan 68.
Es Santan 68 Jalan Sempu Malang
Adalah Sutono yang dipanggil Pak No, warga asli Lamongan yang merantau ke Malang pada tahun 1966, pemilik usaha kuliner ini. Awalnya, Pak No bekerja membantu jualan es, setelah itu pada tahun 1968, berani membuka usaha sendiri yang diberi nama Es Santan 68.
Sutono atau Pak No pemilik Es Santan 68
Pada masa itu, minuman yang sejenis adalah es puter, es lilin dan lain-lain. Dengan memanggul dagangannya berkeliling kota Malang, Pak No mulai mengenalkan Es Santan buatannya. Setelah berkeliling sekian lama, akhirnya, Es Santan 68 menetap di pojokan Jalan Sempu Malang, dekat dengan lapangan Shampo. Sehingga sering disebut dengan Es Jalan Sempu.
Es Santan 68
Karena warna tampilannya pink atau merah muda karena perpaduan warna sirup dengan warna merah dan santan yang berwarna putih, maka banyak juga yang menyebut es buatan Pak No ini dengan nama Es Pink.
Es Santan 68
Bahan Es Santan 68 ini cukup sederhana yakni ketan hitam, tape dan cendol yang dicampur es dan santan lalu diberi sirup. Meskipun sederhana, tapi tampilannya menarik. Dan, rasanya unik dan menyegarkan. Terlebih lagi ditambah dengan roti tawar yang di beri sirup. Hemm..
Saat ini, segelas es Santan 68 dijual dengan harga 5 ribu rupiah, Harga yang ramah di kantong. Maka tak heran apabila warung Es Santan 68 ini hampir tidak pernah sepi pembeli. Jika tidak minum di tempat, maka kita bisa membawanya pulang.
Anak kedua Pak No, Es Santan 68 Jalan Sempu
Kini, Es Santan 68 sudah memiliki cabang di depan SMA Negeri 9 Malang. Bukan orang lain, melainkan anak no. 4 Pak No sendiri. Sedangkan anak nomer 2 yang mengelolah di Jalan Sempu. Sementara, Pak No sendiri sekarang tinggal duduk santai menemani anaknya jualan.
Satu kesabaran, keuletan dan perjuangan yang patut diacungi jempol.
Es Santan 68 Jalan Sempu - Malang memiliki banyak ragam kuline yang digemari masyarakat dari berbagai kalangan, Namun, untuk minuman terdapat satu kuliner dengan bahan sederhana yang tidak pernah sepi pengunjung dan menjadi kuliner legenda di kota Malang yaitu Es Santan 68.
Es Santan 68 Jalan Sempu Malang
Adalah Sutono yang dipanggil Pak No, warga asli Lamongan yang merantau ke Malang pada tahun 1966, pemilik usaha kuliner ini. Awalnya, Pak No bekerja membantu jualan es, setelah itu pada tahun 1968, berani membuka usaha sendiri yang diberi nama Es Santan 68.
Sutono atau Pak No pemilik Es Santan 68
Pada masa itu, minuman yang sejenis adalah es puter, es lilin dan lain-lain. Dengan memanggul dagangannya berkeliling kota Malang, Pak No mulai mengenalkan Es Santan buatannya. Setelah berkeliling sekian lama, akhirnya, Es Santan 68 menetap di pojokan Jalan Sempu Malang, dekat dengan lapangan Shampo. Sehingga sering disebut dengan Es Jalan Sempu.
Es Santan 68
Karena warna tampilannya pink atau merah muda karena perpaduan warna sirup dengan warna merah dan santan yang berwarna putih, maka banyak juga yang menyebut es buatan Pak No ini dengan nama Es Pink.
Es Santan 68
Bahan Es Santan 68 ini cukup sederhana yakni ketan hitam, tape dan cendol yang dicampur es dan santan lalu diberi sirup. Meskipun sederhana, tapi tampilannya menarik. Dan, rasanya unik dan menyegarkan. Terlebih lagi ditambah dengan roti tawar yang di beri sirup. Hemm..
Saat ini, segelas es Santan 68 dijual dengan harga 5 ribu rupiah, Harga yang ramah di kantong. Maka tak heran apabila warung Es Santan 68 ini hampir tidak pernah sepi pembeli. Jika tidak minum di tempat, maka kita bisa membawanya pulang.
Anak kedua Pak No, Es Santan 68 Jalan Sempu
Kini, Es Santan 68 sudah memiliki cabang di depan SMA Negeri 9 Malang. Bukan orang lain, melainkan anak no. 4 Pak No sendiri. Sedangkan anak nomer 2 yang mengelolah di Jalan Sempu. Sementara, Pak No sendiri sekarang tinggal duduk santai menemani anaknya jualan.
Satu kesabaran, keuletan dan perjuangan yang patut diacungi jempol.
Gati Meogkja, Korean Food & Steak di Jl. Kelud 4 Malang - Satu pilihan kuliner baru bagi warga Malang dengan citarasa ala Korea yaitu Gati Meokja yang berada di Jl. Kelud No. 4 Bareng, Klojen, Malang. Jika sebelumnya,Gati Meokja berada di Mall, kali ini Korean Food ini berada di halaman rumah dengan suasana tenang, asri dan nyaman. Sehingga tepat dinikmati bersama teman, keluarga maupun pasangan.
Gati Moekdja, Korean Food & Steak di Jl. Kelud 4 Malang
Selain itu, penikmat Korean food dapat menikmati suasana heritage Malang dengan secangkir kopi original atau tembakau original dari Dulek Coffee and Tobacco.
Resto Gati Meogkja telah berpengalaman dalam menyajikan aneka masakan Korea atau Korean Food halal sejak 2016. Pertama kali buka di Cyber Mall, Plaza Dieng, Malang, kemudian pindah ke MX Mall yang sekarang berubah menjadi Trans Mart, setelah itu pindah ke Sarinah Dept Store.
Namun, sayang saat berada di Sarinah Dept Store Malang, wabah Covid-19 tengah melanda negeri ini. Dan, imbasnya juga menimpa bisnis kuliner termasuk Gati Meogkja yang harus beristirahat terlebih dulu menunggu pandemi usai.
Gati Meokdja, Korean Food & Steak di Jl. Kelud 4 Malang
Kini, Gati Meogkja memulai lagi bisnisnya di wilayah Jl. Kawi Atas. Tepatnya, di Jl. Kelud no. 4 Malang atau di depan gerbang SMA Panjura serta dekat dengan bekas Bioskop Kelud atau "Dulek".
Satu tempat hangout yang unik dan menarik karena pada tahun 70 hingga 90 an, bioskop Kelud ini merupakan primadona hiburan bagi warga Malang dan sekitarnya. Sehingga menikmati kuliner di tempat ini sambil ngopi atau "nglinting" tembakau akan membawa kita pada kenangan saat bioskop misbar ini dalam masa keemasannya.
Selain tempat penuh kenangan, Tren drama Korea dan K-Pop yang tengah melanda generasi milenial saat ini, membuka peluang juga bagi makanan Korea untuk lebih dikenal masyarakat Indonesia.
Menu andalan Gati Meogkja
Sesuatu yang asing atau unik dan aneh, pada umumnya memiliki daya tarik dan akan lebih menggoda minat masyarakat untuk mencobanya sehingga Dedy Wahyudiono, pemilik "Gati Meogkja" memanfaatkan peluang ini.
Nah, tunggu apalagi? Kunjungi Gati Meogkja, Korean food & steak adalah pilihan tepat bagi Anda yang menginginkan citarasa berbeda dan menantang.
Gati Meogkja, Korean Food & Steak di Jl. Kelud 4 Malang - Satu pilihan kuliner baru bagi warga Malang dengan citarasa ala Korea yaitu Gati Meokja yang berada di Jl. Kelud No. 4 Bareng, Klojen, Malang. Jika sebelumnya,Gati Meokja berada di Mall, kali ini Korean Food ini berada di halaman rumah dengan suasana tenang, asri dan nyaman. Sehingga tepat dinikmati bersama teman, keluarga maupun pasangan.
Gati Moekdja, Korean Food & Steak di Jl. Kelud 4 Malang
Selain itu, penikmat Korean food dapat menikmati suasana heritage Malang dengan secangkir kopi original atau tembakau original dari Dulek Coffee and Tobacco.
Resto Gati Meogkja telah berpengalaman dalam menyajikan aneka masakan Korea atau Korean Food halal sejak 2016. Pertama kali buka di Cyber Mall, Plaza Dieng, Malang, kemudian pindah ke MX Mall yang sekarang berubah menjadi Trans Mart, setelah itu pindah ke Sarinah Dept Store.
Namun, sayang saat berada di Sarinah Dept Store Malang, wabah Covid-19 tengah melanda negeri ini. Dan, imbasnya juga menimpa bisnis kuliner termasuk Gati Meogkja yang harus beristirahat terlebih dulu menunggu pandemi usai.
Gati Meokdja, Korean Food & Steak di Jl. Kelud 4 Malang
Kini, Gati Meogkja memulai lagi bisnisnya di wilayah Jl. Kawi Atas. Tepatnya, di Jl. Kelud no. 4 Malang atau di depan gerbang SMA Panjura serta dekat dengan bekas Bioskop Kelud atau "Dulek".
Satu tempat hangout yang unik dan menarik karena pada tahun 70 hingga 90 an, bioskop Kelud ini merupakan primadona hiburan bagi warga Malang dan sekitarnya. Sehingga menikmati kuliner di tempat ini sambil ngopi atau "nglinting" tembakau akan membawa kita pada kenangan saat bioskop misbar ini dalam masa keemasannya.
Selain tempat penuh kenangan, Tren drama Korea dan K-Pop yang tengah melanda generasi milenial saat ini, membuka peluang juga bagi makanan Korea untuk lebih dikenal masyarakat Indonesia.
Menu andalan Gati Meogkja
Sesuatu yang asing atau unik dan aneh, pada umumnya memiliki daya tarik dan akan lebih menggoda minat masyarakat untuk mencobanya sehingga Dedy Wahyudiono, pemilik "Gati Meogkja" memanfaatkan peluang ini.
Nah, tunggu apalagi? Kunjungi Gati Meogkja, Korean food & steak adalah pilihan tepat bagi Anda yang menginginkan citarasa berbeda dan menantang.
8 Abad Kerajaan Tumapel atau Singhasari - Kerajaan Tumapel / Singhasari berdiri pada tahun 1222 M sebagai satu kerajaan otonom di bumi Jawa. Sebelumnya, yang berkuasa adalah Kerajaan Kadirisejak era pemerintahan Raja Jayabaya seperti tertulis dalam Prasasti Hantang pada tahun 1135 M yaitu "Pangjalu Jayati" atau kemenangan Panjalu / Kadiri atas Jenggala.
8 Abad Kerajaan Tumapel atau Singhasari
Lalu, pada tahun 1222 M, Ken Arok berhasil membebaskan Jenggala dan memenangkan pertempuran besar di Ganter atas Kadiri. Pada masa itu, yang berkuasa di Kadiri adalah Raja Kretajaya atau Kertajaya atau Prabu Dandang Gendis. Kemenangan Ken Angrok ini tertulis juga dalam Prasasti Hantang sebagai "Tumapel Jayati" atau kemenangan Tumapel.
Ken Arok Raja Kerajaan Singhasari I
Dan, sosok Ken Arok adalah pendiri dan Raja Pertama kerajaan Tumapel dengan gelar abhiseka Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi.
Namun, 800 tahun telah berlalu. Banyak perubahan yang telah terjadi sehingga nama kerajaan Singhasari semakin hilang dari ingatan masyarakat Indonesia.
"Hanya kenangan indah masa lalu.."
Memang benar, kerajaan Singhasari hanyalah masa lalu seperti halnya Majapahit, Demak, Pajang, Jipang dan lain-lain. Akan tetapi muncul satu pertanyaan, "apakah Indonesia saat ini akan ada tanpa keberadaan kerajaan pada masa lalu?"
Tentunya, tidak akan ada. Karena kebradaan kita saat ini adalah warisan dari para leluhur kita terdahulu. Kita, sekarang ini, tidak serta merta ada sebagai bangsa Indonesia. Namun, harus melalui proses panjang yang berjalan dari masa ke masa.
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah," Kata Bung Karno, founding father bangsa Indonesia. Karena sejarah dan budaya adalah benteng terakhir pertahanan bangsa agar rakyat Indonesia tidak kehilangan jati dirinya.
Tanpa jati diri sebagai bangsa, kita tak ubahnya seperti boneka yang mudah dipermainkan oleh bangsa asing.
Untuk mengenang kembali kerajaan Tumapel, berikut ini adalah video-video yang diunggah dari Jejak Alam Youtube Channel.
Semoga dengan adanya video-video ini, meskipun hanya sedikit akan dapat mengingatkan kita kembali sebagai generasi penerus bangsa Nusantara.
8 Abad Kerajaan Tumapel atau Singhasari - Kerajaan Tumapel / Singhasari berdiri pada tahun 1222 M sebagai satu kerajaan otonom di bumi Jawa. Sebelumnya, yang berkuasa adalah Kerajaan Kadirisejak era pemerintahan Raja Jayabaya seperti tertulis dalam Prasasti Hantang pada tahun 1135 M yaitu "Pangjalu Jayati" atau kemenangan Panjalu / Kadiri atas Jenggala.
8 Abad Kerajaan Tumapel atau Singhasari
Lalu, pada tahun 1222 M, Ken Arok berhasil membebaskan Jenggala dan memenangkan pertempuran besar di Ganter atas Kadiri. Pada masa itu, yang berkuasa di Kadiri adalah Raja Kretajaya atau Kertajaya atau Prabu Dandang Gendis. Kemenangan Ken Angrok ini tertulis juga dalam Prasasti Hantang sebagai "Tumapel Jayati" atau kemenangan Tumapel.
Ken Arok Raja Kerajaan Singhasari I
Dan, sosok Ken Arok adalah pendiri dan Raja Pertama kerajaan Tumapel dengan gelar abhiseka Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi.
Namun, 800 tahun telah berlalu. Banyak perubahan yang telah terjadi sehingga nama kerajaan Singhasari semakin hilang dari ingatan masyarakat Indonesia.
"Hanya kenangan indah masa lalu.."
Memang benar, kerajaan Singhasari hanyalah masa lalu seperti halnya Majapahit, Demak, Pajang, Jipang dan lain-lain. Akan tetapi muncul satu pertanyaan, "apakah Indonesia saat ini akan ada tanpa keberadaan kerajaan pada masa lalu?"
Tentunya, tidak akan ada. Karena kebradaan kita saat ini adalah warisan dari para leluhur kita terdahulu. Kita, sekarang ini, tidak serta merta ada sebagai bangsa Indonesia. Namun, harus melalui proses panjang yang berjalan dari masa ke masa.
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah," Kata Bung Karno, founding father bangsa Indonesia. Karena sejarah dan budaya adalah benteng terakhir pertahanan bangsa agar rakyat Indonesia tidak kehilangan jati dirinya.
Tanpa jati diri sebagai bangsa, kita tak ubahnya seperti boneka yang mudah dipermainkan oleh bangsa asing.
Untuk mengenang kembali kerajaan Tumapel, berikut ini adalah video-video yang diunggah dari Jejak Alam Youtube Channel.
Semoga dengan adanya video-video ini, meskipun hanya sedikit akan dapat mengingatkan kita kembali sebagai generasi penerus bangsa Nusantara.
Salam Jejak Alam
Ayodolenrek - Sejarah dan Asal usul Nama Kecamatan Wagir, Malang, Jatim.
"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya"
Satu peribahasa yang menyatakan jika setiap daerah mempunyai sejarah, asal-usul, adat-istiadat dan budaya yang berbeda=beda. Dan, hampir setiap daerah di Indonesia, memilikinya sehingga dikatakan Indonesia memang kaya akan tradisi dan budaya.
Punden Mbah Wagirun
Kali ini, ayodolenrek mencoba menyajikan informasi tentang asal-usul satu daerah di Malang, Jawa Timur, yaitu Kecamatan Wagir.
Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dimana hampir di setiap daerah memiliki seorang tokoh yang dianggap sebagai pionir dalam membuka lahan dan mengembangkan wilayahnya. Seorang tokoh Bedah Kerawang.
Terdapat sebuah punden diantara hamparan sawah dan ladang. Saat mendekatinya, dua bangunan joglo yang ditengah-tengahnya terdapat satu makam. Sebuah papan nama tergantung bertuliskan "Punden Mbah Wagirun".
Nama "Wagirun" mirip dengan nama Wagir. Dan ternyata di punden inilah tokoh bedah kerawang kecamatan Wagir dikebumikan. Lalu, siapakah nama aslinya, darimana asalnya dan siapakah keturunannya?
Berikut ini, penuturan Pak Biin, Juru kunci Punden Mbah Wagirun.
Sejarah dan Asal-usul Desa Wagir malang
Mbah Wagirun memiliki nama asli Surya Wijaya atau Surya Jaya yang merupakan pengikut dari Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan VOC Belanda pada tahun 1925 -1930.. Ketika Pangeran Diponegoro kalah, maka para pengikutnya banyak yang melarikan diri ke berbagai daerah di Jawa, salah satunya adalah wilayah Malang, Jawa Timur.
Tercatat ada 9 orang atau lebih para prajurit Pangeran Diponegoro yang tersebar di wilayah Malang Raya. Salah satunya adalah Mbah Wagirun atau Surya wijaya yangberasal dari desa Wadung, kecamatan Wadung, Pati, Jawa Tengah.
Punden Eyang Surya Jaya atau Mbah Wagirun
Untuk menghindari kejaran tentara Belanda, Eyang Surya Jaya bersama pengikutnya melakukan perjalanan dari Pati menuju Malang lewat pinggiran atau melewati jalan pinggir dan jarang dilewati orang. Akhirnya, menemukan satu wilayah yang dianggap cocok, maka beliau bersama pengikutnya melakukan "babad alas" atau pembukaan lahan.
Hari Rabu Wage yang dipilih. Sehingga wilayah itu dikenal dengan nama Wagir yang berasal dari kata Wage dan "pinggir".
Kemudian, di tempat awal Mbah Wagirun ini, berkembang menjadi satu pedukuhan dimana mereka menetap dan mengembangkan keturunan. Salah satu putra Eyang Surya Jaya adalah Mbah Suratman atau Surya Putra, mengembangkan wilayah di Tegal Sokan. Semakin lama wilayah ini berkembang menjadi pesesaan lalu sekarang menjadi satu kecamatan di Kabupaten Malang.
Dan, keturunan Eyang Surya Jaya masih banyak terdapat di wilayah ini. Namun, kebanyakan dari mereka tidak menonjolkan asal-usulnya sebagai trah Eyang Surya Jaya atau Mbah Wagirun.
Video Punden Mbah Wagirun
Berikut ini informasi lebih lengkap saat wawancara dengan Pak Biin, kuncen Punden Mbah Wagirun.
Penutup
Itulah ulasan ayodolenrek tentang sPunden Mbah Wagirun. Saat ini, punden ini banyak dikunjungi orang pada malam-malam tertentu dan mulai berkembang menjadi satu objek wisata religi.
Ayodolenrek - Sejarah dan Asal usul Nama Kecamatan Wagir, Malang, Jatim.
"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya"
Satu peribahasa yang menyatakan jika setiap daerah mempunyai sejarah, asal-usul, adat-istiadat dan budaya yang berbeda=beda. Dan, hampir setiap daerah di Indonesia, memilikinya sehingga dikatakan Indonesia memang kaya akan tradisi dan budaya.
Punden Mbah Wagirun
Kali ini, ayodolenrek mencoba menyajikan informasi tentang asal-usul satu daerah di Malang, Jawa Timur, yaitu Kecamatan Wagir.
Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dimana hampir di setiap daerah memiliki seorang tokoh yang dianggap sebagai pionir dalam membuka lahan dan mengembangkan wilayahnya. Seorang tokoh Bedah Kerawang.
Terdapat sebuah punden diantara hamparan sawah dan ladang. Saat mendekatinya, dua bangunan joglo yang ditengah-tengahnya terdapat satu makam. Sebuah papan nama tergantung bertuliskan "Punden Mbah Wagirun".
Nama "Wagirun" mirip dengan nama Wagir. Dan ternyata di punden inilah tokoh bedah kerawang kecamatan Wagir dikebumikan. Lalu, siapakah nama aslinya, darimana asalnya dan siapakah keturunannya?
Berikut ini, penuturan Pak Biin, Juru kunci Punden Mbah Wagirun.
Sejarah dan Asal-usul Desa Wagir malang
Mbah Wagirun memiliki nama asli Surya Wijaya atau Surya Jaya yang merupakan pengikut dari Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan VOC Belanda pada tahun 1925 -1930.. Ketika Pangeran Diponegoro kalah, maka para pengikutnya banyak yang melarikan diri ke berbagai daerah di Jawa, salah satunya adalah wilayah Malang, Jawa Timur.
Tercatat ada 9 orang atau lebih para prajurit Pangeran Diponegoro yang tersebar di wilayah Malang Raya. Salah satunya adalah Mbah Wagirun atau Surya wijaya yangberasal dari desa Wadung, kecamatan Wadung, Pati, Jawa Tengah.
Punden Eyang Surya Jaya atau Mbah Wagirun
Untuk menghindari kejaran tentara Belanda, Eyang Surya Jaya bersama pengikutnya melakukan perjalanan dari Pati menuju Malang lewat pinggiran atau melewati jalan pinggir dan jarang dilewati orang. Akhirnya, menemukan satu wilayah yang dianggap cocok, maka beliau bersama pengikutnya melakukan "babad alas" atau pembukaan lahan.
Hari Rabu Wage yang dipilih. Sehingga wilayah itu dikenal dengan nama Wagir yang berasal dari kata Wage dan "pinggir".
Kemudian, di tempat awal Mbah Wagirun ini, berkembang menjadi satu pedukuhan dimana mereka menetap dan mengembangkan keturunan. Salah satu putra Eyang Surya Jaya adalah Mbah Suratman atau Surya Putra, mengembangkan wilayah di Tegal Sokan. Semakin lama wilayah ini berkembang menjadi pesesaan lalu sekarang menjadi satu kecamatan di Kabupaten Malang.
Dan, keturunan Eyang Surya Jaya masih banyak terdapat di wilayah ini. Namun, kebanyakan dari mereka tidak menonjolkan asal-usulnya sebagai trah Eyang Surya Jaya atau Mbah Wagirun.
Video Punden Mbah Wagirun
Berikut ini informasi lebih lengkap saat wawancara dengan Pak Biin, kuncen Punden Mbah Wagirun.
Penutup
Itulah ulasan ayodolenrek tentang sPunden Mbah Wagirun. Saat ini, punden ini banyak dikunjungi orang pada malam-malam tertentu dan mulai berkembang menjadi satu objek wisata religi.
Ayo dolen rek - Ken Arok lahir di Sumber Pang, Wagir, Malang? Kisah Ken Arok dan Ken Dedes merupakan kisah terkenal bagi masyarakat Indonesia khususnya Jawa Timur. Meskipun kisah ini berasal dari Serat Pararaton yang notabene merupakan satu karya sastra yang dibuat jauh setelah era Singhasari, namun cerita inilah yang dipercaya dan berkembang di masyarakat.
Selain Pararaton, banyak versi kisah tentang Ken Arok dan Ken Dedes ini seperti "Arok Dedes" karya Pramoedya Ananta Toer, "Banjir Darah di Tumapel" karya Gamal Kamandoko, "Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" karya Muhamad Syamsudin, dan lain-lain.
Meskipun alur cerita dalam Serat Pararaton masih disangsikan kebenarannya, namun lokasi dan tempat kejadian, menjadi rujukan para pemerhati sejarah.
Memang, kedua tokoh ini, diliputi misteri. Siapakah Ken Arok dan Ken Dedes? Darimana asal-usulnya, siapakah kedua orangtuanya yang sebenarnya, dan lain sebagainya.
Kali ini, ayo dolen rek menyajikan informasi tentang salah satu versi tempat kelahiran Ken Arok yaitu di Desa Sumber Pang, Wagir, Malang.
Sumber Pang, Wagir, Malang
Menurut R. Pitono, salah satu penerjemah Serat Pararton, menyatakan jika Ken Arok berasal dari Sumber Putjung, satu desa di lereng Gunung Kawi. Jika ditinjau dari lokasinya, memang dekat dengan Keraton Gunung Kawi dimana terdapat makam yang diperkirakan sebagai tempat perabuan Prabu Kameswara, Raja Jenggala.
Prabu Kameswara inilah yang di duga sebagai Bathara Brahma, ayah dari Ken Arok.
Kemudian, ada nama desa bernama Kendogo, apabila dirunut akan mengarahkan kita pada nama Ken Endog, ibu dari Ken Arok.
Sumber Pang, Wagir, Malang
Lalu, alasan Sumber Pang, Wagir sebagai tempat lahir pendiri kerajaan Tumapel ini didasarkan pada tinggalan atau jejak sejarah yang ditemukan di sepanjang wilayah Wagir, seperti Tegal Sokan, Pura Patirtaan, Gunung Katu dan lain-lain.
Dengan adanya temuan tersebut, maka ada kemungkinan besar hal itu benar terjadi. Karena wilayah Wagir memang berada di sisi timur Gunung Kawi sesuai dengan keterangan dalam Serat Pararaton yang menyatakan jika Ken Arok berasal dari Timur Kawi.
Kedua versi ini tidak ditunjang dengan rujukan maupun bukti tertulis, karena rentang waktu sejak berdirinya kerajaan Tumapel hingga sekarang, sudah mencapai 800 tahun sehingga banyak perubahan yang terjadi.
Sumber Pang
"Demikianlah bhatara Brahma mentjari2 teman untuk bersetubuh, maka adalah sepasang penganten jang baru kawin, sedang tjinta-mentjintai dengan mesra, jang priya bernama Gajahpara,jang wanita bernama Ken Endok, mata pentjahariannja bertani.
Ken Endok pergi kesawah mengirim makanan suaminja Gajahpara, nama sawah tempat Ken Endok mengirim makanan suaminja bernama Ayuga' tempat kediaman Ken Endok bernama Pangkur.
Turunlah bhatara Brahrna bersetubuh dengan Ken Endok,tempat bersetubuh itu bernama Tegal lalateng, dewa Brahma berpesan kepadg Ken Endok: ,,D;anganlah engkau bersetubuh dengan suamimu lagi, djika engkau bersetubuh dengan suamimu,suamimu meninggal, karena ketiampuran dengan anakku itu; ttama dari anakku itu Ken Angrok, dialah jang kelak membawa perubahan besar dipulau Djawa".
Wagir memang merupakan salah satu desa kuno yang dikenal sejak abad VIII M, pada era kerajaan Kanjuruhan. Tentunya, generasi penerusnya tidak akan memanfaatkan tempat-tempat yang sudah ada, selain membangun tempat-tempat baru.
Dan, Sumber Pang merupakan nama salah satu desa di Kecamatan Wagir yang meliputi wilayah Gunung Katu dan sekitarnya.
Asal nama Sumber Pang sendiri berasal dari sebuah mata air di lereng Gunung Katu dimana sumber air ini mengalir lalu bercabang atau "nge-pang" sehingga akhirnya masyarakat setempat memberi nama Sumber Pang atau sumber yang bercabang.
Nama "Pangkur" dalam Pararton sebagai tempat tinggal Ken Endok dan Gajah Para, tidak dapat ditemukan saat ini di wilayah timur Kawi. Pergantian pemerintahan dan perubahan jaman membuat banyak terjadi perubahan pada nama-nama desa di wilayah Malang. Kemungkinan, nama "Pangkur" bukanlah nama desa sebenarnya atau nama samaran saja.
Dan, diperkirakan jika nama Sumber Pang dianggap sebagai nama yang lebih mirip sehingga dapat disimpulkan jika Pangkur adalah Sumber Pang.
Selain Pangkur, nama "Tegal Lalateng" juga diperkirakan berada di wilayah Wagir dan letaknya tidak terlalu jauh dari Sumber Pang. Saat ini nama Tegal Lalateng berubah menjadi "Ndarungan"
Dengan argumen tersebut, maka dapat disimpulkan jika Ken Arok lahir di Sumber Pang, Wagir, Malang sebagai rujukan nama desa "Pangkur" yang tersebut dalam Pararaton.
Video Sumber Pang, Wagir, Malang
Berikut ini, adalah sebuah video dari channel Jejak Alam yang menceritakan desa Sumber Pang, Wagir, Malang dan kemungkinan sebagai tempat kelahiran Ken Arok.
Itulah, sekelumit ulasan dari www.ayodolenrek.blogspot.com tentang asal-usul sosok pendiri Kerajaan Tumapel atau Singhasari.
Ayo dolen rek - Ken Arok lahir di Sumber Pang, Wagir, Malang? Kisah Ken Arok dan Ken Dedes merupakan kisah terkenal bagi masyarakat Indonesia khususnya Jawa Timur. Meskipun kisah ini berasal dari Serat Pararaton yang notabene merupakan satu karya sastra yang dibuat jauh setelah era Singhasari, namun cerita inilah yang dipercaya dan berkembang di masyarakat.
Selain Pararaton, banyak versi kisah tentang Ken Arok dan Ken Dedes ini seperti "Arok Dedes" karya Pramoedya Ananta Toer, "Banjir Darah di Tumapel" karya Gamal Kamandoko, "Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" karya Muhamad Syamsudin, dan lain-lain.
Meskipun alur cerita dalam Serat Pararaton masih disangsikan kebenarannya, namun lokasi dan tempat kejadian, menjadi rujukan para pemerhati sejarah.
Memang, kedua tokoh ini, diliputi misteri. Siapakah Ken Arok dan Ken Dedes? Darimana asal-usulnya, siapakah kedua orangtuanya yang sebenarnya, dan lain sebagainya.
Kali ini, ayo dolen rek menyajikan informasi tentang salah satu versi tempat kelahiran Ken Arok yaitu di Desa Sumber Pang, Wagir, Malang.
Sumber Pang, Wagir, Malang
Menurut R. Pitono, salah satu penerjemah Serat Pararton, menyatakan jika Ken Arok berasal dari Sumber Putjung, satu desa di lereng Gunung Kawi. Jika ditinjau dari lokasinya, memang dekat dengan Keraton Gunung Kawi dimana terdapat makam yang diperkirakan sebagai tempat perabuan Prabu Kameswara, Raja Jenggala.
Prabu Kameswara inilah yang di duga sebagai Bathara Brahma, ayah dari Ken Arok.
Kemudian, ada nama desa bernama Kendogo, apabila dirunut akan mengarahkan kita pada nama Ken Endog, ibu dari Ken Arok.
Sumber Pang, Wagir, Malang
Lalu, alasan Sumber Pang, Wagir sebagai tempat lahir pendiri kerajaan Tumapel ini didasarkan pada tinggalan atau jejak sejarah yang ditemukan di sepanjang wilayah Wagir, seperti Tegal Sokan, Pura Patirtaan, Gunung Katu dan lain-lain.
Dengan adanya temuan tersebut, maka ada kemungkinan besar hal itu benar terjadi. Karena wilayah Wagir memang berada di sisi timur Gunung Kawi sesuai dengan keterangan dalam Serat Pararaton yang menyatakan jika Ken Arok berasal dari Timur Kawi.
Kedua versi ini tidak ditunjang dengan rujukan maupun bukti tertulis, karena rentang waktu sejak berdirinya kerajaan Tumapel hingga sekarang, sudah mencapai 800 tahun sehingga banyak perubahan yang terjadi.
Sumber Pang
"Demikianlah bhatara Brahma mentjari2 teman untuk bersetubuh, maka adalah sepasang penganten jang baru kawin, sedang tjinta-mentjintai dengan mesra, jang priya bernama Gajahpara,jang wanita bernama Ken Endok, mata pentjahariannja bertani.
Ken Endok pergi kesawah mengirim makanan suaminja Gajahpara, nama sawah tempat Ken Endok mengirim makanan suaminja bernama Ayuga' tempat kediaman Ken Endok bernama Pangkur.
Turunlah bhatara Brahrna bersetubuh dengan Ken Endok,tempat bersetubuh itu bernama Tegal lalateng, dewa Brahma berpesan kepadg Ken Endok: ,,D;anganlah engkau bersetubuh dengan suamimu lagi, djika engkau bersetubuh dengan suamimu,suamimu meninggal, karena ketiampuran dengan anakku itu; ttama dari anakku itu Ken Angrok, dialah jang kelak membawa perubahan besar dipulau Djawa".
Wagir memang merupakan salah satu desa kuno yang dikenal sejak abad VIII M, pada era kerajaan Kanjuruhan. Tentunya, generasi penerusnya tidak akan memanfaatkan tempat-tempat yang sudah ada, selain membangun tempat-tempat baru.
Dan, Sumber Pang merupakan nama salah satu desa di Kecamatan Wagir yang meliputi wilayah Gunung Katu dan sekitarnya.
Asal nama Sumber Pang sendiri berasal dari sebuah mata air di lereng Gunung Katu dimana sumber air ini mengalir lalu bercabang atau "nge-pang" sehingga akhirnya masyarakat setempat memberi nama Sumber Pang atau sumber yang bercabang.
Nama "Pangkur" dalam Pararton sebagai tempat tinggal Ken Endok dan Gajah Para, tidak dapat ditemukan saat ini di wilayah timur Kawi. Pergantian pemerintahan dan perubahan jaman membuat banyak terjadi perubahan pada nama-nama desa di wilayah Malang. Kemungkinan, nama "Pangkur" bukanlah nama desa sebenarnya atau nama samaran saja.
Dan, diperkirakan jika nama Sumber Pang dianggap sebagai nama yang lebih mirip sehingga dapat disimpulkan jika Pangkur adalah Sumber Pang.
Selain Pangkur, nama "Tegal Lalateng" juga diperkirakan berada di wilayah Wagir dan letaknya tidak terlalu jauh dari Sumber Pang. Saat ini nama Tegal Lalateng berubah menjadi "Ndarungan"
Dengan argumen tersebut, maka dapat disimpulkan jika Ken Arok lahir di Sumber Pang, Wagir, Malang sebagai rujukan nama desa "Pangkur" yang tersebut dalam Pararaton.
Video Sumber Pang, Wagir, Malang
Berikut ini, adalah sebuah video dari channel Jejak Alam yang menceritakan desa Sumber Pang, Wagir, Malang dan kemungkinan sebagai tempat kelahiran Ken Arok.
Itulah, sekelumit ulasan dari www.ayodolenrek.blogspot.com tentang asal-usul sosok pendiri Kerajaan Tumapel atau Singhasari.
Rujukan :
Serat Pararaton, R. Pitono
Ayo dolen rek - Alun-Alun Kota Batu, Jajanan yang Ramah di Kantong Mahasiswa. Kota Batu merupakan salah satu kota wisata yang terkenal di Indonesia khususnya Jawa Timur. Kota ini terkenal dengan udaranya yang sangat sejuk sehingga sangat cocok untuk refreshing melepaskan kepenatan.
Alun-Alun Kota Batu, Sentra Jajanan yang Ramah di Kantong Mahasiswa
Untuk perjalanannya bisa ditempuh dengan banyak alternatif alat transportasi seperti sepeda motor, mobil, bus dan kereta. Kota Batu merupakan salah satu kota wisata yang terkenal di Indonesia khususnya Jawa Timur. Karena memiliki banyak destinasi wisata yang menarik, salah satunya alun-alun kota Batu.
Alun alun Kota Batu pada malam hari
Mengapa alun-alun kota Batu?
Selain lahan parkir yang luas, di alun-alun kota Batu banyak wahana yang tersedia. Baik bagi kalangan anak-anak sampai dewasa bisa menikmatinya. Adapun wisata kuliner Pasar Laron yang merupakan tempat pedagang kaki lima yang berada di sekitar Alun-Alun. Tempat ini sangat cocok bagi pecinta kuliner untuk mencicipi kuliner khas kota Batu. Pengunjung dapat memilih sesuai selera dengan harga terjangkau yang membuat pengunjung dijamin betah. Karena disana kita akan menemukan beragam menu makanan dan minuman yang lengkap.
Menu makanan citarasa lokal seperti bakwan, ketan, aneka jenis bakaran, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk minuman juga terdapat warung kopi, susu, jahe hangat yang sangat cocok untuk dinikmati dengan suasana dinginnya kota Batu.
Depot Susu Madu Ganesha, www.ikutilangkahkaki.com
Yang membuat saya selalu kembali ke alun-alun kota Batu ini yaitu Susu KUD. Susu KUD adalah susu sapi murni yang tersedia dengan berbagai macam pilihan rasa. Disini juga tersedia yoghurt jelly yang tidak dijual ditempat lain.
Jadi, buat kalian yang ingin berkunjung ke alun-alun kota Batu. Jangan lupa untuk mampir menikmati susu KUD. Kita bisa menikmati kenikmatan olahan susu sapi segar ini mulai pukul 08.00 - 20.00 wib.
Ayo dolen rek - Alun-Alun Kota Batu, Jajanan yang Ramah di Kantong Mahasiswa. Kota Batu merupakan salah satu kota wisata yang terkenal di Indonesia khususnya Jawa Timur. Kota ini terkenal dengan udaranya yang sangat sejuk sehingga sangat cocok untuk refreshing melepaskan kepenatan.
Alun-Alun Kota Batu, Sentra Jajanan yang Ramah di Kantong Mahasiswa
Untuk perjalanannya bisa ditempuh dengan banyak alternatif alat transportasi seperti sepeda motor, mobil, bus dan kereta. Kota Batu merupakan salah satu kota wisata yang terkenal di Indonesia khususnya Jawa Timur. Karena memiliki banyak destinasi wisata yang menarik, salah satunya alun-alun kota Batu.
Alun alun Kota Batu pada malam hari
Mengapa alun-alun kota Batu?
Selain lahan parkir yang luas, di alun-alun kota Batu banyak wahana yang tersedia. Baik bagi kalangan anak-anak sampai dewasa bisa menikmatinya. Adapun wisata kuliner Pasar Laron yang merupakan tempat pedagang kaki lima yang berada di sekitar Alun-Alun. Tempat ini sangat cocok bagi pecinta kuliner untuk mencicipi kuliner khas kota Batu. Pengunjung dapat memilih sesuai selera dengan harga terjangkau yang membuat pengunjung dijamin betah. Karena disana kita akan menemukan beragam menu makanan dan minuman yang lengkap.
Menu makanan citarasa lokal seperti bakwan, ketan, aneka jenis bakaran, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk minuman juga terdapat warung kopi, susu, jahe hangat yang sangat cocok untuk dinikmati dengan suasana dinginnya kota Batu.
Depot Susu Madu Ganesha, www.ikutilangkahkaki.com
Yang membuat saya selalu kembali ke alun-alun kota Batu ini yaitu Susu KUD. Susu KUD adalah susu sapi murni yang tersedia dengan berbagai macam pilihan rasa. Disini juga tersedia yoghurt jelly yang tidak dijual ditempat lain.
Jadi, buat kalian yang ingin berkunjung ke alun-alun kota Batu. Jangan lupa untuk mampir menikmati susu KUD. Kita bisa menikmati kenikmatan olahan susu sapi segar ini mulai pukul 08.00 - 20.00 wib.